Praktik baik diperlukan untuk pengembangan teknologi AI yang etis

1 week ago 7

Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria menilai sejumlah praktik baik diperlukan untuk pengembangan teknologi artificial intelligence (AI) yang etis.

Praktik baik ini merupakan bagian dari kesadaran tentang pentingnya penerapan teknologi AI yang etis. Hal ini juga disebabkan karena ada risiko-risiko negatif yang didapatkan dari teknologi AI.

"Dan peningkatan sekarang ini ditunjukkan oleh sejumlah perusahaan ya, dengan 80 persen dari perusahaan-perusahaan yang memakai AI itu mereka memiliki piagam etika gitu atau semacam panduan etika dalam pengembangan AI," ujar Nezar dalam sambutannya di acara Tech & Telco Summit 2025 di Jakarta, Jumat.

Menurut Nezar, praktik baik tersebut salah satunya, perlu dipastikan bahwa sistem AI mudah dipahami dan bertanggung jawab, sehingga masyarakat dapat memahami dan percaya pada teknologi yang digunakan sesuai dengan pedoman etika AI itu.

Baca juga: Kemenekraf berkoordinasi dengan DEN dalam pengembangan AI

Kemudian AI juga harus bebas dari bias yang merugikan, serta pemanfaatannya dipastikan secara inklusif serta tanpa diskriminasi.

"Hal lain yang menjadi perhatian kita tentu saja kita harus memberikan perhatian kepada perlindungan data, data pengguna dengan prosedur yang jelas," ucap Nezar.

"Diharapkan para pengembang AI itu juga memberikan panduan-panduan, ataupun juga awareness pada pengguna tentang data-data mereka, data-data pribadi mereka yang mungkin akan dipakai dalam pengembangan AI," tambahnya.

Baca juga: Kemkomdigi masih eksplorasi DeepSeek untuk pengembangan AI Indonesia

Menurut Nezar, teknologi AI perlu ada mekanisme pengawasan yang jelas. Ia mencontohkan pengawasan dalam sektor yang kritis yakni kesehatan.

Baginya, pengawasan terhadap penggunaan AI pada sektor kesehatan, harus lebih ketat di tingkat sektoral. Termasuk juga pada tingkat layanan finansial.

Kemudian terakhir adalah sistem AI harus dirancang sesuai untuk mendukung kebutuhan manusia. Hal ini dinilai Nezar, perlu dijadikan norma dasar, sehingga mendukung kebutuhan manusia dan bukan menggantikan nilai-nilai dari manusia itu sendiri.

"Jadi Indonesia menginginkan adanya AI yang etis, adil, dan bertanggung jawab," pungkasnya.

Baca juga: Indonesia bagi pengalaman RAM AI dengan negara lain di forum AI global

Baca juga: Kemkomdigi sebut potensi AI untuk capai pertumbuhan ekonomi 8 persen

Baca juga: Tata kelola AI untuk wujudkan Indonesia Emas 2045

Pewarta: Muhammad Fadlan Nuril Fahmi
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |