Pekanbaru, (ANTARA) - Direktorat Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Riau menurunkan tim untuk melakukan penyelidikan mendalam terkait dengan kematian seekor gajah sumatera bernama Tari di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Kabupaten Pelalawan.
Kepala Subdit IV Ditreskrimsus Polda Riau AKBP Nasrudin membenarkan bahwa pihaknya sedang di lokasi kejadian untuk mengusut penyebab kematian satwa dilindungi tersebut.
"Anggota saat ini sedang di TKP (Tempat Kejadian Perkara) bekerja sama dengan orang dari TNTN, terkait kematian gajah ini. Masih proses penyelidikan,” katanya di Pekanbaru, Rabu.
Hingga saat ini, belum diketahui penyebab pasti gajah mati pada Rabu pagi tersebut. Namun, dugaan sementara adanya tindakan peracunan yang masih dalam tahap pendalaman.
“Terkait kemungkinan diracun sedang dalam penyelidikan, nanti akan ada disampaikan," katanya.
Baca juga: BBKSDA Riau ungkap kematian seekor anak gajah terpisah dari induknya
Sehari sebelum ditemukan mati, Selasa (9/9), Tari masih dalam kondisi sehat, aktif bermain, dengan nafsu makan normal, serta tidak menunjukkan tanda-tanda sakit. Hanya intensitas menyusu yang sedikit berkurang.
Namun, Rabu, sekitar pukul 08.00 WIB, pawang yang bertugas, mendapati Tari berbaring tanpa gerakan. Dokter hewan, Teguh, segera dipanggil ke lokasi untuk melakukan pemeriksaan fisik.
Hasil pemeriksaan awal tidak menemukan adanya luka atau trauma pada tubuh gajah, namun perut terlihat sedikit menggembung. Dokter kemudian melakukan nekropsi dan mengambil sampel organ untuk pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium di Bogor.
Gajah Tari lahir pada 31 Agustus 2023 dari induk bernama Lisa dengan gajah liar. Dengan begitu saat mati usianya baru 2 tahun 10 hari.
Baca juga: Kemenhut umumkan kematian anak gajah Tari di TN Tesso Nilo
Baca juga: Pertamina Patra Niaga dukung konservasi gajah sumatera
Baca juga: BKSDA turunkan tim periksa kematian gajah di Aceh Timur
Pewarta: Bayu Agustari Adha/Annisa Firdausi
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.