Jakarta (ANTARA) - Organisasi nirlaba Pita Putih Indonesia (PPI) menggandeng generasi Z (gen Z) untuk menyuarakan dampak perubahan iklim pada generasi muda.
"Pita Putih Indonesia sebagai organisasi yang bergerak di bidang kesehatan ibu, anak dan juga remaja, sangat menaruh perhatian pada dampak perubahan iklim. Terutama pada kelompok rentan," ujar Ketua Umum Pita Putih Indonesia, Dr Giwo Rubianto Wiyogo dalam seminar nasional "Resiliensi Gen Z, Bangun Generasi Tangguh Hadapi Perubahan Iklim" yang diselenggarakan FISIP Uhamka dan Pita Putih Indonesia di Jakarta, Rabu.
Melalui seminar itu, pihaknya ingin mengedukasi generasi muda terkait dampak perubahan iklim. Serta apa saja upaya yang bisa dilakukan oleh generasi muda menghadapi perubahan iklim yang saat ini sudah terjadi.
Generasi muda, lanjut dia, memiliki kekuatan yakni menjadi agen perubahan dan turut membantu mensosialisasikan dampak perubahan iklim itu pada sesama dan juga lingkungannya.
"Kolaborasi antara organisasi masyarakat dengan institusi pendidikan ini sangat penting, khususnya dalam mengedukasi generasi Z terkait dampak perubahan iklim pada kesehatan fisik dan mental," jelas Giwo.
Baca juga: UI dan Monash University kolaborasi riset dampak perubahan iklim
Dekan FISIP Universitas Muhammadiyah Hamka (Uhamka), Dra Tellys Corliana MHum, mengatakan isu lingkungan hidup bukan hanya menjadi persoalan nasional, tetapi juga global.
"Gen Z termasuk generasi yang paling merasakan kecemasan atas perubahan iklim yang ekstrem," kata Tellys.
Tellys menjelaskan perubahan iklim yang terjadi sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia, sering kali tanpa disadari. Oleh karena itu, Gen Z sebagai generasi "digital-native" memiliki peran strategis untuk menyuarakan pentingnya menjaga kelestarian bumi melalui media sosial dan teknologi digital.
Seminar tersebut menghadirkan sejumlah narasumber diantaranya Ketua Harian Pita Putih Indonesia dr Heru Kasidi, Koordinator Bidang Informasi Iklim Terapan BMKG Siswanto MSc PhD, Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RS Marzoeki Mahdi Dr dr Nova Riyanti Yusuf SpKJ, dan perwakilan dari mahasiswa Bimo Aria Seno.
Baca juga: UI paparkan penelitian peran perempuan terhadap dampak perubahan iklim
Dalam paparannya, Ketua Harian Pita Putih Indonesia Heru Kasidi menjelaskan bahwa perubahan iklim berdampak pada kesehatan reproduksi generasi muda. Mulai dari keseimbangan hormonal, ketidakteraturan menstruasi, stres psikologis, dan lainnya.
"Disrupsi hormonal pada remaja dapat memengaruhi tumbuh kembang dan dalam jangka panjang berdampak pada kesehatan reproduksi," kata Heru.
Sementara Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RS Marzoeki Mahdi, Dr dr Nova Riyanti Yusuf SpKJ, mengatakan perubahan iklim memiliki dampak pada kesehatan mental mulai dari gangguan kecemasan dan emosi negatif, Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD), dan masalah mental lainnya.
Baca juga: Perempuan, anak, dan dampak perubahan iklim
Koordinator Bidang Informasi Iklim Terapan BMKG, Siswanto MSc PhD, mengatakan perubahan iklim sudah terjadi dan dirasakan masyarakat. Hasil pemantauan 116 stasiun BMKG, suhu udara rata-rata di wilayah pada 2023 yakni 27,2 derajat Celcius atau tertinggi kedua setelah 2016. Perubahan iklim sendiri berdampak pada gangguan kesehatan seperti kecelakaan, kematian, dampak kesehatan mental, kelelahan, saluran pernafasan, dan lainnya.
Pewarta: Indriani
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.