Perusahaan migas terapkan teknologi AI guna optimalkan produksi

3 months ago 28

Jakarta (ANTARA) - Tenaga Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Satya Hangga Yudha Widya Putra mengatakan perusahaan migas baik lokal maupun internasional di Indonesia telah menerapkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mengoptimalkan produksi dan lifting migas.

Menurut dia, dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu, salah satu refinery unit di Indonesia menggunakan AI bernama RUVision.

"Teknologi deteksi bahaya di kilang ini menggabungkan sistem CCTV dengan analitik berbasis AI, sehingga bisa memantau kondisi lapangan lebih cepat dan akurat," katanya saat menjadi narasumber dalam acara Global Digital Forum di Nizhny Novgorod, Rusia, Jumat (6/6/2025).

Hangga mengatakan AI RUVision memang dirancang fokus untuk deteksi dini potensi bahaya.

Sistem tersebut bisa secara otomatis mengenali aktivitas berisiko di area kilang, mulai dari kecepatan kendaraan berlebih sampai indikasi kebocoran bahan berbahaya.

"Teknologi ini siap meningkatkan keamanan dan efisiensi operasional di kilang," kata Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Komersialisasi dan Transportasi Minyak dan Gas Bumi itu dalam forum yang mempertemukan perwakilan dari berbagai organisasi internasional, regional, lembaga pemerintah, bisnis, komunitas akademis, dan kalangan ilmiah.

Global Digital Forum merupakan platform interaksi digital internasional yang didasarkan pada pembentukan tren teknologi informasi (TI), memperoleh pengetahuan baru dan menemukan mitra, mempelajari pencapaian teknologi Informasi, dan menyelesaikan transaksi/perjanjian.

Dalam acara tersebut membahas mengenai perbankan digital dan akses internet.

"Seperti yang kita ketahui teknologi informasi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita, karena mengubah cara hidup, bekerja, dan berinteraksi," kata Hangga.

Ia melanjutkan perbankan digital dan akses internet memiliki dampak besar pada peningkatan efisiensi ekonomi di banyak negara, termasuk Indonesia.

Digital banking memungkinkan transaksi yang lebih cepat dan lebih sederhana, sementara akses internet membuka peluang bisnis dan memperluas jangkauan pasar.

Baca juga: BPH Migas dorong peningkatan pemanfaatan jargas bagi sektor kesehatan

"Saat ini, setiap bank ada aplikasi yang bisa diakses di HP dan bisa membayar
menggunakan QRIS. Dengan banyaknya fitur dan layanan digital bank seperti ini dan fitur-fitur yang nantinya akan muncul, membuat masyarakat lebih mudah dalam bertransaksi," jelasnya.

Tenaga Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Komersialisasi dan Transportasi Minyak dan Gas Bumi Satya Hangga Yudha Widya Putra (dua dari kiri) memenuhi undangan untuk menjadi narasumber dalam ajang Global Digital Forum di Nizhny Novgorod, Rusia, Jumat (6/6/2025). ANTARA/HO-Kementerian ESDM

Pertumbuhan 8 persen

Hangga juga mengatakan Indonesia adalah negara yang berkembang dan mempunyai target untuk mencapai pertumbuhan ekonomi delapan persen pada 2028-2029 dan menjadi negara maju pada 2045 atau 100 tahun setelah kemerdekaannya.

"Untuk bisa menjadi negara maju, akses ke digital bank dan internet harus terus dikembangkan," ujarnya.

Hangga menyebutkan pemakai internet di Indonesia sudah mencapai 221 juta, setara dengan 79,5 persen dari total populasi Indonesia dan ke depannya angka tersebut diharapkan terus naik.

Jumlah pengguna internet di Indonesia tersebut sangat positif untuk sektor ekonomi, terutama bank digital.

Hal itu karena bank digital sangat bergantung pada akses internet untuk menjalankan layanannya.

"Semakin banyak orang yang menggunakan akses internet, maka semakin banyak juga orang yang bisa dijangkau oleh bank digital," ucapnya.

Baca juga: Pertamina EP optimalkan produksi migas melalui inovasi DOBBER

Peningkatan jumlah pengguna internet itu diproyeksikan mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya dalam sektor perbankan digital di Indonesia.

Hangga juga menambahkan dengan berkembangnya layanan perbankan digital dan akses internet, masyarakat Indonesia akan semakin teredukasi dan terbiasa dengan adanya sistem keuangan yang lebih praktis dan efisien.

Hal tersebut tentunya akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan mewujudkan inklusi keuangan yang lebih luas dan lebih merata di Indonesia.

Meski demikian, Hangga mengingatkan pengembangan layanan perbankan digital dan akses internet itu tidak hanya
menawarkan peluang besar, tetapi juga membawa berbagai tantangan.

Di antaranya adalah risiko keamanan data, perlindungan konsumen, dan tantangan hukum yang terkait dengan regulasi baru.

"Maka dari itu, diperlukan adanya antisipasi, yang dapat dilakukan dengan cara peningkatan keamanan siber, pendidikan pelanggan, dan penyesuaian regulasi yang baik," sebut Hangga.

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |