Pertanian nirawak, masa depan pertanian pintar-berkelanjutan di China

21 hours ago 2

Zhengzhou (ANTARA) - Pada siang hari yang terik di Desa Zhangzhuangli, wilayah Qingfeng, Provinsi Henan, China tengah, sebuah perangkat patroli cerdas nirawak (drone) terbang ke langit, bergerak dengan mulus di bawah langit biru yang cerah.

Di darat, mesin pemanen nirawak beroperasi di hamparan ladang gandum keemasan dengan presisi yang sempurna, mengumpulkan biji-bijian dan mengalirkannya langsung ke truk-truk yang sudah menunggu. Di dekatnya, sensor-sensor mengaktifkan sistem irigasi pintar untuk membasahi tanah yang gersang.

Pemandangan ini berasal dari panen gandum pertama di pertanian rotasi gandum-jagung perdana yang sepenuhnya dijalankan secara otonom di Henan, menawarkan gambaran sekilas tentang masa depan pertanian di China.

Dirancang oleh para ilmuwan di Universitas Pertanian Henan sebagai bagian dari "program pekarangan belakang sains-teknologi " (sci-tech backyard program), pertanian seluas 3.500 mu, atau sekitar 233 hektare, di Qingfeng itu berhasil mewujudkan sebuah impian yang dulu terasa mustahil. Dengan menggunakan teknologi canggih, seluruh proses mulai dari pembajakan, penanaman, pengelolaan, hingga pemanenan sepenuhnya dilakukan secara nirawak.

"Selama beberapa generasi, musim panen berarti seluruh anggota keluarga harus bekerja keras di ladang," kata kepala koperasi mesin pertanian setempat Zhou Jianshi, saat mesin pemanen otonomos lewat.

"Sekarang 'kuda pekerja besi' ini mengerjakan semuanya sendiri. Sungguh menakjubkan".

Musim panas ini, pertanian tersebut mengerahkan beragam mesin pintar, mulai dari pemanen dan traktor nirawak, penabur benih berbasis hisap udara, sistem irigasi presisi, hingga pesawat pengintai, semuanya dioperasikan melalui satelit navigasi BeiDou yang dikembangkan secara mandiri oleh China.

Menurut Zhou, perubahan itu telah menghasilkan peningkatan efisiensi yang signifikan.

"Dengan sistem otonomos, kami telah mampu memangkas waktu panen dari tujuh hari menjadi empat hari," kata dia,

Mesin-mesin tersebut menciptakan perubahan pada pertanian, tenaga kerja untuk pengelolaan air dan pupuk berkurang hingga 80 persen, sementara biaya tenaga manusia secara keseluruhan berkurang hingga 40 persen.

"Tetapi efisiensinya melonjak 30 persen dibandingkan metode tradisional tahun lalu," kata Zhou.

Di balik transformasi itu, teknologi otomatisasi bekerja secara terpadu, seperti robot pembajak menyiapkan tanah, penanam pintar mendeteksi benih yang tertinggal, drone memantau kesehatan tanaman dan hama, serta AI (kecerdasan buatan) mengoordinasikan keseluruhan proses panen.

Di ruang kendali misi pertanian, layar raksasa berkedip-kedip dengan data aktual tentang kelembapan tanah, kepadatan bibit, dan peringatan serangan hama sambil menampilkan potret digital ladang.

"Sistem patroli pesawat nirawak kami mengumpulkan data lapangan di 10 titik setiap 30 menit antara pukul 09.00 dan 15.00 setiap hari," kata direktur program pekarangan belakang sains-teknologi Qingfeng dan profesor madya di Universitas Pertanian Henan Wang Qiang.

Model prediktif menerjemahkan data menjadi pola pertumbuhan, perkiraan hasil, dan kebutuhan air yang tepat, kata Wang menambahkan.

Sistem irigasi pintar membagi ladang menjadi enam zona, menyiram masing-masing zona sesuai kebutuhan spesifik tanaman.

Zhou mengatakan bahwa jumlah tenaga kerja irigasi turun hingga 90 persen, dengan pekerjaan yang dulu memerlukan 10 orang kini diselesaikan oleh satu orang yang menggunakan ponsel pintar, sementara pupuk presisi memangkas penggunaan bahan kimia hingga 20 persen dan meningkatkan efisiensi penyerapan hingga 30 persen.

Wang mengatakan laporan perdana pertanian pintar itu menunjukkan peningkatan hasil gandum yang mengesankan sebesar 20 persen dibandingkan dengan ladang konvensional di dekatnya.

"Intinya adalah mencocokkan air dan pupuk dengan kebutuhan tanaman secara tepat," kata pendiri program pekarangan belakang sains-teknologi dan seorang profesor di Universitas Pertanian Henan Ye Youliang.

Ye menambahkan bahwa sistem pemupukan air terpadu memungkinkan mereka menyalurkan nutrisi secara tepat kapan dan di mana tanaman membutuhkannya sehingga menghasilkan input yang lebih sedikit, kualitas yang lebih tinggi, dan pertanian yang benar-benar berkelanjutan.

Berdiri di tengah ladang yang subur, Wang membayangkan transformasi yang luas di cakralawa.

"Qingfeng menawarkan model yang dapat direplikasi untuk modernisasi pertanian di China. Selanjutnya, kami akan menyempurnakan teknologi nirawak dengan proses penuh, memangkas biaya lebih jauh, dan memperkuat perolehan efisiensi ini," kata Wang.

Pewarta: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |