Jakarta (ANTARA) - Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina bersama koordinator wilayah kerja kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) PHE ONWJ dan PHE OSES berkomitmen mengimplementasikan program pemberdayaan masyarakat.
Program itu bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian ekonomi bagi perempuan, khususnya ibu rumah tangga yang sering disebut sebagai kaum rentan.
Manager Communication, Relations & CID Regional Jawa Pinto Budi Bowo Laksono dalam keterangannya di Jakarta, Minggu mengatakan melalui program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (PPM) yang berkelanjutan, pihaknya fokus pada peningkatan kapasitas, kemandirian ekonomi serta kualitas hidup masyarakat.
"Kami percaya bahwa keberhasilan perusahaan harus berjalan seiring dengan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat," kata dia.
Pertamina Regional Jawa mencontohkan sosok ibu bernama Mardiana yang telah aktif dalam organisasi pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK) dan posyandu. Ia berperan sebagai penggerak program "Selamatkan Stunting dan Gizi Buruk Bersama Pertamina" (Seribu Asa).
Baca juga: Pertamina jaga keanekaragaman hayati lewat konservasi burung di TNWK
Program yang diinisiasi Pertamina Hulu Energi Offshore South East Sumatra (PHE OSES) itu fokus pada penanggulangan stunting di Pulau Harapan dan Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu.
Bersama Tim Dahsat, julukan kelompok yang terdiri atas perempuan yang berperan sebagai juru masak PKK kelurahan, kader posyandu, kader PKK, ahli gizi Puskesmas Pulau Kepulauan Seribu Utara serta Suku Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (PPAPP), Mardiana mengoordinasikan penyediaan makanan bergizi untuk eksistensi program makanan utama (PMU) bagi balita yang perkembangannya belum optimal.
Upaya itu membuahkan hasil signifikan sejak 2023. Hampir 62 persen atau sebanyak 23 dari 36 balita penerima manfaat PMU di Kelurahan Pulau Kelapa berhasil keluar dari kategori stunting. Selain itu, 13 anak di Pulau Kelapa mengalami peningkatan tinggi badan dari 0,5 cm hingga 3 cm.
Hal itu mengindikasikan adanya perkembangan positif fisik anak. Tak hanya untuk balita, program tersebut juga membantu ibu hamil dengan kondisi anemia dan kekurangan energi kronis. Pemberian PMU berhasil meningkatkan kadar hemoglobin serta ukuran lingkar lengan, yang berkontribusi pada kesehatan ibu dan calon bayi.
Dengan pendekatan berbasis komunitas dan kolaborasi, Mardiana tidak hanya membantu mengatasi stunting, tetapi juga membangun ekosistem pemberdayaan perempuan, di mana para ibu berperan aktif dalam menciptakan masa depan yang lebih sehat bagi generasi mendatang.
Baca juga: Jaga kelestarian laut, PIS tanam 3.000 bibit lamun
"Pendampingan dari Regional Jawa sangat berarti bagi kami. Ini bukan sekadar bantuan finansial, tetapi juga membuka jalan bagi perempuan untuk mengembangkan keterampilan serta menjadi lebih mandiri dalam ekonomi keluarga," ungkap Mardiana.
Di pesisir utara Jawa Barat, tepatnya di Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Subang, Eka Mustika adalah salah satu sosok ibu rumah tangga yang berdaya.
Eka punya mimpi besar untuk membantu sesama perempuan, khususnya istri nelayan agar tidak bergantung pada penghasilan suami. Baginya, pemberdayaan perempuan bukan sekadar soal ekonomi, tetapi membangun percaya diri dan mandiri dalam mengambil keputusan finansial.
Sejak 2016, Eka merintis usaha berbasis komunitas dan pada 2017 ia bergabung dengan Kelompok UMKM Wanita (KUW) Greenthink yang dibentuk Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ). Melalui program itu, Eka mendapatkan pelatihan bisnis serta dukungan legalitas usaha, termasuk memperoleh nomor induk berusaha (NIB), sertifikat produksi pangan industri rumah tangga (SPP-IRT), dan sertifikasi halal.
Legalitas tersebut tidak hanya meningkatkan kepercayaan konsumen dan daya saing produk, tetapi juga membuka peluang bagi perempuan lain di komunitasnya untuk berani memulai usaha sendiri.
Baca juga: Pertamina: Adeging Mangkunegaran jadi upaya bersama lestarikan budaya
Kini, Eka mengembangkan usahanya di bawah nama Mustika Food, yang mengolah ikan tengkek. Sebelumnya, reputasi ikan tengkek jauh dari status primadona. Harga perkilonya hanya dihargai Rp5.000. Berkat inovasi yang dikembangkan Eka dalam mengolah ikan tengkek, kini harganya melonjak naik hingga Rp17.000-Rp25.000 per kilogram.
Eka berhasil mengembangkan beragam variasi produk olahan ikan tengkek, mulai dari abon, kerupuk, cheese stick sampai ikan asin. Berkat jejaring yang dia kembangkan, produk-produk Mustika Food bisa dipasarkan ke Subang, Bandung, Jabodetabek, Bali, Jambi, hingga Singapura.
Ia juga aktif memanfaatkan platform lokapasar (marketplace) untuk memperluas pemasaran produk. Adapun, omzet bulanannya mencapai Rp100 juta.
Hasil baik tersebut mendorong Eka untuk merekrut empat istri nelayan untuk meningkatkan produksi, sekaligus memberikan kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan penghasilan mandiri, serta memperlihatkan perempuan memiliki potensi besar dalam dunia bisnis.
Baca juga: Transformasi budaya kerja buka peluang kesetaraan gender di PHE
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025