Buleleng, Bali (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng, Bali mulai fokus memberikan pendampingan secara intensif bagi siswa SMP yang mengalami kesulitan membaca di daerah tersebut.
"Langkah ini diambil setelah hasil pemantauan menunjukkan sejumlah anak di tingkat SMP masih belum mampu membaca, menulis, dan berhitung (calistung) dengan lancar," kata Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra saat ditemui usai memantau jalannya asesmen di SMP Negeri 1 Singaraja, Rabu.
Pendampingan dimulai dengan proses asesmen melibatkan tujuh psikolog yang bertugas mengevaluasi kemampuan anak dimana sebagian siswa memiliki keterbatasan intelektual akibat gangguan tumbuh kembang.
"Ada yang kemampuan belajarnya jauh di bawah rata-rata. Bahkan beberapa kasus masuk kategori retardasi mental ringan. Ini perlu penanganan khusus,” katanya.
Baca juga: Dewan Pendidikan sebut ratusan siswa SMP di Buleleng tak bisa membaca
Untuk memaksimalkan pembelajaran, siswa akan dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuan.
Siswa dengan hambatan ringan akan difasilitasi melalui sekolah inklusif atau kelas khusus. Pengelompokan ini penting agar mereka tidak merasa tertekan saat belajar bersama siswa lain.
“Kita hindari resiko tekanan psikologis atau breakout,” ujar Sutjidra.
Setelah asesmen selesai, menurut Sutjidra, orang tua siswa akan dipanggil untuk mendapat konseling tentang cara mendukung anak di rumah.
Baca juga: Ratusan siswa di Buleleng tak bisa baca, Mu'ti: Murid alami disleksia
Kolaborasi dengan keluarga dan lingkungan terdekat krusial agar anak bisa mandiri. Terutama yang sudah remaja dan akan memasuki SMA.
“Selain itu, siswa akan mendapat pelatihan keterampilan sesuai minat untuk mempersiapkan kemandirian di masa depan. Disesuaikan dengan rekomendasi dari psikolog yang bertugas,” kata dia.
Tidak hanya di SMP, Pemkab Buleleng juga akan memperluas program serupa ke tingkat SD. Sutjidra menginstruksikan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) untuk menguji siswa kelas 4-6 SD yang belum lancar calistung. Para siswa harus mendapat bimbingan intensif sebelum naik ke jenjang berikutnya.
"Kepala sekolah wajib memastikan program ini berjalan dengan integritas,” ungkap Sutjidra.
Baca juga: LSK Hipnoterapi: Ajak mitra kompeten bantu anak SMP yang tak bisa baca
Mantan Wakil Bupati Buleleng dua periode tersebut menambahkan program ini menjadi bagian dari upaya Buleleng memastikan pemerataan pendidikan inklusif.
Dengan pendampingan berjenjang, diharapkan siswa berkebutuhan khusus tidak lagi menjadi beban keluarga dan mampu mengembangkan potensi diri.
“Target akhirnya, mereka bisa hidup mandiri sesuai kemampuan masing-masing,” imbuh Bupati asal Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan ini.
Pewarta: IMBA Purnomo/Rolandus Nampu
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025