Seoul (ANTARA) - Pemerintah Korea Selatan (Korsel) pada Jumat (18/7) terus mencatat tekanan penurunan pada ekonomi negara Asia itu yang disebabkan oleh pengenaan tarif Amerika Serikat (AS) dan terhambatnya pemulihan permintaan domestik.
Dalam laporan bulanannya, yang disebut Green Book, Kementerian Ekonomi dan Keuangan Korsel mengatakan ekonomi negara itu telah berada dalam tekanan penurunan, seperti melambatnya ekspor, karena memburuknya kondisi eksternal yang disebabkan oleh penerapan tarif AS.
Kementerian tersebut mengungkapkan bahwa ekonomi negara sedang menghadapi perlambatan dalam pemulihan konsumsi dan investasi konstruksi, serta isu minimnya ketersediaan lapangan kerja yang terus berlanjut, terutama bagi kelompok-kelompok rentan.
Namun, pihak kementerian mengatakan tanda-tanda positif mulai muncul, seperti sentimen konsumen yang membaik.
Meski demikian, kekhawatiran masih membayangi ekonomi global mengingat pemberlakuan tarif AS telah menyebabkan dampak buruk pada lingkungan perdagangan serta menyebabkan volatilitas terus membayangi pasar keuangan global.
Sentimen di kalangan konsumen terhadap situasi ekonomi menunjukkan peningkatan dalam tiga bulan berturut-turut pada Juni, terkait dengan ekspektasi terhadap pelantikan pemerintahan Lee Jae-myung pada 4 Juni dan rencana anggaran tambahannya untuk menggenjot permintaan konsumen.
Ekspor naik 4,3 persen pada Juni dari setahun sebelumnya, berkat permintaan semikonduktor yang lebih tinggi, tetapi pengiriman ke AS mempertahankan tren penurunan selama tiga bulan berturut-turut.
Penjualan retail, yang mencerminkan konsumsi swasta, turun 0,2 persen pada Mei dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu, dan investasi konstruksi anjlok 20,8 persen pada periode tersebut.
Jumlah lapangan kerja naik 183.000 pada Juni dari tahun sebelumnya, dan tingkat pengangguran turun 0,1 poin persentase menjadi 2,8 persen. Harga-harga konsumen naik 2,2 persen pada Juni secara tahunan, lebih cepat dari kenaikan 1,9 persen pada Mei.
Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.