Jakarta (ANTARA) - Pemerintah secara resmi meluncurkan Asosiasi Biochar Indonesia Internasional (ABII) pada 7 Juli, di Jakarta sebagai wadah kolaboratif dan strategis, dengan harapan dapat memacu pengembangan teknologi dan pemanfaatan biochar.
Acara peluncuran tersebut dihadiri oleh Wakil Menteri Pertanian Sudaryono, Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Faisal Malik Hendropriyono, serta Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Rachmat Pambudy.
Ketua Umum Asosiasi Biochar Indonesia Internasional (ABII) Hashim Djojohadikusumo dalam pernyataan di Jakarta, Rabu, menyampaikan dengan keunggulan sumber daya biomassa yang melimpah dan dukungan lintas sektor, Indonesia memiliki peluang besar menjadi pusat pengembangan teknologi dan pasar biochar global.
ABII hadir untuk menyatukan visi ini dan menjadikan Indonesia sebagai pemimpin dalam ekosistem biochar internasional.
"Peluncuran ini menjadi tonggak awal dari perjalanan panjang untuk membawa biochar dari laboratorium dan lahan pertanian ke kebijakan publik, pasar karbon dan solusi perubahan iklim global," kata dia.
Hashim meyakini Indonesia bisa menjadi negara adidaya dari biochar karena tidak banyak negara di dunia yang memiliki sumber daya alam berupa biomassa.
“Jarang ada negara seperti kita. Mungkin hanya Indonesia, DRC Kongo, Brasil, Venezuela. Negara-negara tropis yang punya biomassa luar biasa. Bukan berupa pertanian tapi juga berupa hutan. Ini adalah kekayaan kita, ini adalah suatu sumber luar biasa. Indonesia saya yakin, semua yakin bisa jadi adidaya, super power dari biochar,” kata Hashim.
Direktur Eksekutif ABII Phil Rickard menjelaskan biochar adalah arang hasil proses pirolisis biomassa organik seperti limbah pertanian (jerami, sekam, cangkang sawit dan lainnya) dalam kondisi minim oksigen.
Proses ini tidak hanya menghasilkan bahan yang sangat berguna untuk pertanian dan reklamasi tanah, tetapi juga mampu menyimpan karbon dalam jangka panjang, menjadikannya salah satu teknologi andalan untuk mitigasi perubahan iklim.
Menurut dia, biochar terbukti meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, mempertahankan kelembapan, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan bahkan membantu retensi unsur hara.
Teknologi ini juga telah diakui dalam berbagai kerangka kerja Carbon Dioxide Removal (CDR) secara internasional.
Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menyambut positif peluncuran ABII ke publik. Sebab, biochar masih belum banyak diketahui fungsi dan manfaatnya. Sehingga, potensinya yang besar ini harus segera dimanfaatkan, agar semakin diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat.
“Saya mewakili Mentan menyambut positif, menyambut gembira peluncuran Asosiasi Biochar, di mana ini tampaknya sepele bagi orang, karena biasanya di saat orang membuat inisiatif atau ide baru, banyak orang ragu meragukan ataupun menertawakan. Dan paling utama, Kementan juga siap berkolaborasi dengan seluruh anggota Asosiasi Biochar,” katanya.
Lebih lanjut, Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Faisal Malik Hendropriyono menuturkan, untuk menghadapi pemanasan global, dibutuhkan sebuah terobosan atau inovasi di berbagai bidang. Maka, diharapkan biochar menjadi salah satu sektor yang diharapkan bisa menurunkan emisi karbon.
“Di dalam Nationally Determined Contribution (NDC) kedua atau Second NDC yang sedang kami susun dan difinalisasi Bapak Presiden, biochar ini salah satu sektor kita harapkan bisa menurunkan emisi. Sehingga, kami mendorong produksi biochar lebih tinggi lagi, di mana angka target produksi biochar 1,3 juta ton pada 2025. Dan 2029 bisa sampai 2 juta ton,” ucap Diaz.
Senada, Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy mengatakan, perubahan iklim kini tidak hanya menimbulkan pemanasan global, melainkan banyak bermunculan jenis penyakit baru di kalangan hewan ternak.
Bahkan, ancaman seriusnya adalah semakin turunnya kemampuan tanaman untuk berproduksi lebih baik.
“Sekarang sudah terjadi pohon kopi tidak lagi hasilkan kopi. Demikian juga penyakit ternak semakin banyak dan berkembang akibat global warming yang selama ini kita belum ambil inisiatif untuk mencegahnya,” ujarnya.
Baca juga: Wamen LH dukung penerapan teknologi biochar guna atasi perubahan iklim
Baca juga: Aspekpir-BPDP beri pelatihan petani produksi biochar berbahan tankos
Baca juga: Aspekpir kembangkan biochar dari tandan kosong sawit
Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.