Jenewa (ANTARA) - Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) pada Jumat (28/3) menyatakan keprihatinan mendalam terhadap dampak kemanusiaan dari gempa bumi berkekuatan 7,7 magnitudo yang mengguncang Myanmar pada Jumat siang.
Gempa itu juga dirasakan di negara tetangga, Thailand, dan menyebabkan "kerusakan signifikan" di wilayah tengah Myanmar, menurut laporan awal.
Survei Geologi AS (US Geological Survey) melaporkan bahwa gempa pertama diikuti oleh gempa susulan berkekuatan 6,4 magnitudo hanya berjeda 12 menit kemudian.
Menurut IFRC, tim darurat dari Palang Merah Myanmar sedang melakukan penilaian situasi.
Namun, upaya mereka terhambat oleh gangguan listrik dan jaringan komunikasi di Mandalay, Sagaing, dan Negara Bagian Shan Selatan.
"Kami sangat prihatin dengan potensi dampak kemanusiaan," ujar Marie Manrique, koordinator program IFRC untuk delegasi Myanmar, dalam pengarahan PBB di Jenewa.
Laporan awal menunjukkan bahwa infrastruktur utama mengalami kerusakan parah. "Ini termasuk jalan, jembatan, dan bangunan umum. Jembatan utama yang menghubungkan Mandalay dan Sagaing juga runtuh," kata Manrique.
Ia juga mengkhawatirkan kondisi sebuah bendungan besar yang saat ini sedang diawasi ketat karena dikhawatirkan mengalami kerusakan struktural.
Manrique menambahkan bahwa tantangan komunikasi yang signifikan menghambat upaya bantuan.
"Sebagian besar jalur telepon komersial tidak berfungsi. Hanya satu yang bisa digunakan untuk komunikasi, dan itulah satu-satunya informasi yang kami miliki saat ini," ujarnya.
Di tengah krisis berkepanjangan yang melanda Myanmar, kekhawatiran akan situasi kemanusiaan semakin meningkat.
"Situasi ini akan semakin buruk bagi mereka yang berada dalam kondisi rentan akibat krisis yang telah berlangsung lama di negara ini," kata Manrique.
Meskipun akses terbatas, petugas dan relawan Palang Merah Myanmar sudah berada di lapangan untuk memberikan bantuan semaksimal mungkin.
"Kami sangat prihatin dengan dampak kemanusiaan yang mungkin terjadi. Ini adalah keadaan darurat yang masih berkembang, dan prioritas kami adalah memastikan komunitas terdampak segera mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan," tegasnya.
Manrique mengatakan bahwa dalam beberapa jam ke depan, gambaran situasi akan lebih jelas, meskipun saat ini informasi yang tersedia masih sangat terbatas.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kesiapan untuk memberikan bantuan, tetapi mereka masih menunggu informasi lebih lanjut dari lapangan guna menentukan lokasi dan jenis bantuan yang dibutuhkan.
Menurut laporan media lokal, sedikitnya 25 orang tewas di Myanmar dan tiga orang di Thailand, sementara 81 lainnya terjebak setelah sebuah gedung pencakar langit di Bangkok runtuh akibat gempa berkekuatan 7,7 magnitudo yang berpusat di wilayah Sagaing, Myanmar, pada Jumat.
Sumber: Anadolu
Baca juga: PBB kerahkan tim untuk bantu Myanmar pascagempa
Baca juga: KBRI Bangkok buka layanan telepon darurat respons gempa Thailand
Baca juga: Korban tewas gempa Myanmar melonjak, junta minta bantuan internasional