Banda Aceh (ANTARA) - Pakar sejarah dari Pusat Kajian Bahasa Arab dan Tamadun Islam Fakultas Pengajian Islam Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Dr Farid Mat Zain mengatakan sejarah perkembangan Islam di Pahang tidak bisa dilepaskan dari pengaruh besar Aceh.
"Sejarah perkembangan Islam di Pahang tidak bisa dilepaskan dari pengaruh besar Aceh, khususnya dalam pembentukan ulama lokal dan sistem hukum Islam seperti qanun Pahang,” kata Dr Farid Mat Zain, Jumat.
Dia mengemukakan hal itu pada webinar internasional yang diselenggarakan Program Studi Doktor Studi Islam Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh untuk membahas hubungan strategis antara Aceh dan Pahang, terutama sejak abad ke-16.
Dalam webinar internasional yang diselenggatakan secara virtual tersebut, ia menjelaskan Kesultanan Aceh Darussalam dan Kesultanan Pahang memiliki hubungan erat yang dapat dilihat dari aspek sejarah, budaya, pendidikan, dan keagamaan.
Ia juga mengulas hubungan diplomatik dan kekerabatan antara kedua kerajaan, salah satunya terlihat dari pernikahan politik antara Sultan Aceh Iskandar Muda dan Puteri Kamaliah dari Pahang.
Baca juga: UIN Ar-Raniry dukung program satu keluarga satu sarjana
Dr Farid menambahkan banyak warisan peradaban seperti manuskrip fikih, tasawuf, sejarah, hingga arsitektur masjid dan adat istiadat di kedua wilayah menunjukkan kemiripan signifikan.
Menurut dia berbagai literatur tersebut menjadi bukti kuat adanya jaringan tamadun Islam Melayu yang saling mempengaruhi.
Ia juga menjelaskan terkait peran strategis Selat Malaka sebagai jalur penting penyebaran peradaban Islam di kawasan tersebut.
“Jalur tersebut tidak hanya menjadi lalu lintas perdagangan, tetapi juga pertukaran naskah keagamaan, gagasan, serta jaringan ulama,” kata Farid.
Baca juga: Rektor UIN Ar-Raniry serukan solidaritas untuk Iran
Ketua Prodi Doktor Studi Islam Prof Dr Syamsul Rijal menambahkan webinar bertajuk Kajian Islam: Tamadun di Pahang dan Hubungannya dengan Aceh” menjelaskan dengan berbagai literatur klasik (turats) yang menyebutkan adanya hubungan strategis antara Aceh dan Pahang, terutama sejak abad ke-16.
"Ini merupakan bagian dari upaya kami membangun diskursus ilmiah yang tidak hanya membahas aspek keislaman secara tekstual, tetapi juga secara kontekstual, terutama dalam lanskap sejarah dunia Melayu,” katanya.
Pewarta: M Ifdhal
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.