Makassar (ANTARA) - Pakar dari Fakultas Pertanian dan Bioremediasi Lahan Tambang Universitas Muslim Indonesia (UMI) Dr Saida mengatakan kerusakan struktur tanah akibat tumpahan minyak PT Vale Indonesia (PTVI) di Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel), bisa berdampak hingga puluhan tahun jika tidak ditangani secara serius.
Dr Saida di Makassar, Senin, mengatakan apa yang terjadi di Vale sebenarnya masuk kategori limbah B3 yang mengandung zat berbahaya, sehingga dapat merusak lingkungan baik tanah, air, dan udara.
Akibat tumpahan minyak ke persawahan warga, kata dia, maka akan memberikan gangguan terhadap sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi tanah yang tentunya berpotensi mengancam produksi para petani di daerah itu.
"Sifat kimianya itu terkait dengan kesuburan tanah. Kemudian sifat biologinya terkait ke organisme yang ada di dalam tanah atau mikro organismenya bisa terbunuh.
Kemudian kalau sifat fisiknya mempengaruhi misalnya struktur tanah, dimana akan lebih keras tidak gembur," katanya.
Baca juga: Dampak tumpahan minyak PT Vale terus meluas di Luwu Timur
Wakil Dekan II Fakultas Pertanian UMI itu menjelaskan tumpahan minyak di tanah atau persawahan merusak kesuburan tanah.
Kemudian daya ikat water holding capacity terhadap air dan tanah itu, kata dia, akan menjadi berkurang karena diketahui minyak tidak bisa menyatu dengan air.
"Sehingga susah untuk menyerap air karena permukaan tanah diselimuti oleh minyak.Itu memungkinkan bisa terus terjadi hingga puluhan tahun, tergantung bagaimana penanganannya," ujar dia.
Terkait kondisi yang terjadi, Saida menyarankan beberapa solusi yang bisa dilakukan sebagai proses pemulihan, antara lain dengan rutin melakukan pengairan ke sawah yang terdampak, kemudian airnya dikurang atau buang.
Baca juga: Peneliti BRIN tawarkan bioremediasi mikroba atasi tumpahan minyak laut
Si sisi lain juga bisa menggunakan bahan organik, seperti pupuk kandang dan kompos untuk menetralisir sisa-sisa dari minyak yang ada di tanah atau persawahan.
Selanjutnya pihak PT Vale bisa mencari mikroorganisme yang bisa mendegradasi minyak ini.
"Minyak itu senyawa hidrokarbon dan ada mikroba yang bisa mendegradasi itu. Jadi bisa dilakukan dengan menebar mikroba itu ke persawahan. Saya kira itu bisa lebih cepat pemulihannya dibandingkan misalnya dengan cara fisik ataupun dengan cara kimia," ujarnya.
Baca juga: DLH Lutim perkuat koordinasi identifikasi dampak minyak Vale
Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.