MPR: Peran perempuan penting bagi penguatan SDM untuk Indonesia Emas

3 hours ago 2
“Itu adalah tantangan nilai. Maka HMI dan KOHATI harus memegang teguh nilai perjuangan. Saya percaya, KOHATI akan terus menjaga nilai-nilai itu, dan saya yakin dalam setiap usaha InsyaAllah akan sampai,”

Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Ahmad Muzani menegaskan pentingnya peran perempuan dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan dan memperkuat kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai bekal menuju Indonesia Emas 2045.

Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu, dia menuturkan bahwa Indonesia cukup terdepan dalam memberi ruang partisipasi perempuan yang ditunjukkan dengan kontrasnya emansipasi perempuan sejak awal kemerdekaan.

Hal itu disampaikannya saat membuka seminar bertajuk “Kepemimpinan Perempuan untuk Indonesia Maju dan Sejahtera” yang diselenggarakan oleh Korps HMI Wati (KOHATI) melalui Forum Alumni HMI-Wati (Forhati), di Gedung Nusantara V, Kompleks Senayan, Jakarta, Jumat (23/5).

"Tidak sedikit perempuan kala itu yang menjadi anggota DPR, menteri, bahkan hakim pertama di Indonesia yang diangkat Presiden Soekarno pada 1954 juga merupakan perempuan, yaitu Siti Soendari," ujarnya.

Dia pun menyampaikan apresiasi atas dedikasi para anggota Forhati yang dinilai aktif berkontribusi bagi masa depan bangsa melalui berbagai bidang, termasuk pendidikan, sosial, hingga politik.

“Pengorbanan ibu-ibu yang tergabung dalam FORHATI adalah nyata. Meninggalkan rumah, keluarga, bahkan suami untuk berkumpul di sini, demi memberi perhatian pada bangsa,” ucapnya.

Dia lantas mengingatkan bahwa tantangan di masa depan cukup berat, yakni rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM), bahkan rata-rata pendidikan masyarakat Indonesia berhenti di tingkat SMP dan hanya 10 persen yang melanjutkan ke tingkat sarjana.

“Ini sangat rendah jika kita ingin jadi negara maju. Karena itu, partisipasi semua pihak sangat penting untuk memperkuat SDM. Perjuangan HMI dan KOHATI harus terus memberi kontribusi bagi bangsa dan negara, baik yang sudah senior maupun generasi sekarang,” tuturnya.

Baca juga: Sekjen Gerindra ingatkan para menteri ikuti langkah dan irama Presiden

Selain itu, dia menyebut di era saat ini banyak orang yang terjebak dalam pragmatisme. Misalnya, ingin hasil cepat tanpa usaha, ingin kaya tapi malas bekerja, dan ingin gelar tapi tidak belajar, termasuk ingin populer di politik tanpa sosialisasi.

“Itu adalah tantangan nilai. Maka HMI dan KOHATI harus memegang teguh nilai perjuangan. Saya percaya, KOHATI akan terus menjaga nilai-nilai itu, dan saya yakin dalam setiap usaha InsyaAllah akan sampai,” katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Himmatul Aliyah menyampaikan bahwa pentingnya perempuan untuk terus meningkatkan kapasitas dan tidak membiarkan diri dilemahkan oleh stigma maupun anggapan yang merendahkan.

“Jangan mau dilemahkan oleh orang lain. Jangan mau mendengar kata-kata yang mematahkan semangat kita. Jawab dengan prestasi,” kata Himmatul yang hadir sebagai narasumber

Dia menegaskan bahwa perempuan harus dinilai dari kapasitas dan kemampuan, bukan semata-mata dari penampilan.

Dia juga menolak anggapan yang merendahkan peran perempuan dalam politik, meski keterwakilan perempuan di parlemen Indonesia saat ini baru mengisi 127 kursi dari 580 kursi DPR RI.

“Nomor urut itu tidak otomatis membawa kemenangan. Pemilu kita masih belum sepenuhnya berpihak pada afirmasi keterwakilan perempuan 30 persen. Karena itu, kita harus punya daya saing baik dalam ilmu pengetahuan maupun wawasan,” ujarnya.

Untuk itu, dia menekankan pentingnya peran regulasi dalam mendukung perempuan, serta mendorong perempuan Indonesia untuk terus belajar dan meningkatkan kapasitas melalui berbagai peluang pendidikan, termasuk beasiswa.

"Ruang pengabdian bagi perempuan terbuka luas, tidak hanya di parlemen, tetapi juga di berbagai bidang strategis lainnya," kata dia.

Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |