MIND ID butuh capex Rp19,9 triliun untuk jalankan program 2025

3 hours ago 2
Yang juga penting dalam berinvestasi adalah kepastian regulasi, yang sampai hari ini juga masih sangat menantang bagi kami untuk bisa mendapatkan itu.

Jakarta (ANTARA) - Holding industri pertambangan PT Mining Industry Indonesia (MIND ID) mencatat kebutuhan biaya belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk seluruh grup konsolidasi pada 2025 mencapai Rp19,9 triliun.

Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, di Jakarta, Kamis, Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID Dilo Seno Widagdo mengatakan bahwa dana tersebut dibutuhkan untuk menjalankan program-program prioritas tahun ini, khususnya hilirisasi sektor pertambangan.

Dalam paparannya, Dilo menyebut ada beberapa program prioritas yang akan dijalankan pada 2025. Pertama adalah Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) fase 1 dan 2 untuk pengolahan bauksit di Mempawah, Kalimantan Barat. Refinery dan smelter berkapasitas 1 juta ton tersebut dikelola oleh PT Antam Tbk dan Inalum.

Proyek kedua adalah proyek Antam di Halmahera Timur, Maluku Utara, berupa pembangunan smelter rotary kiln electric furnace (RKEF) FHT dan high pressure acid leaching (HPAL).

Selanjutnya adalah penyelesaian perbaikan smelter tembaga PT Freeport Indonesia yang dalam kondisi kahar (force majeure) akibat kebakaran pada Oktober 2024. Ia menargetkan kondisi smelter dapat pulih pada Juni 2025 dan akan ramp up hingga beroperasi penuh pada akhir 2025.

Dilo menyebut bahwa PT Freeport juga saat ini sedang mengembangkan pembangkit listrik tenaga gas di Papua, yang diharapkan dapat selesai akhir tahun ini.

Proyek lainnya yang menjadi prioritas tahun ini adalah pengembangan angkutan batu bara TE-Keramasan oleh PT Bukit Asam yang akan ditingkatkan kapasitasnya menjadi 20 juta ton.

Proyek selanjutnya adalah proyek Inalum yang akan melakukan pembangunan smelter aluminium baru dengan kapasitas 600 ribu ton.

Namun, Dilo mengakui bahwa terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi dalam upaya pengembangan hilirisasi komoditas di dalam negeri. Tantangan-tantangan tersebut meliputi ketersediaan energi terutama dalam konteks transisi menuju energi baru terbarukan.

Kemudian, kebutuhan akan pembangunan infrastruktur yang signifikan, seperti perumahan, jalan, dan pelabuhan. Pembangunan infrastruktur ini memerlukan belanja modal (capex) yang besar, yang dapat mempengaruhi daya saing industri.

“Yang juga penting dalam berinvestasi adalah kepastian regulasi, yang sampai hari ini juga masih sangat menantang bagi kami untuk bisa mendapatkan itu,” ujarnya pula.

Baca juga: MIND ID rombak jajaran komisaris dan direksi

Baca juga: MIND ID setor dividen ke negara Rp11,2 triliun pada 2024

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |