Natuna (ANTARA) - Hampir setiap hari, sebuah ruangan kecil tak lebih dari sepuluh meter panjang dan lebarnya, berubah menjadi tempat bersemainya harapan. Di balik dinding beton yang sederhana, tumbuh mimpi-mimpi yang mulai menemukan bentuknya.
Di ruangan itu, puluhan anak muda duduk rapi, mata mereka berbinar, mereka datang bukan sekadar untuk mendengar, melainkan untuk merajut cita-cita yang sebelumnya terasa jauh dari jangkauan.
Di hadapan mereka berdiri seorang lelaki yang tak lagi muda secara usia, namun semangatnya seakan baru mekar pagi itu. Dialah Faisal Firman, Kepala Bagian Kerja Sama Sekretariat Daerah Kabupaten Natuna, yang telah lama mendedikasikan dirinya untuk kemajuan daerah. Usianya telah melewati setengah abad, namun langkahnya tetap tegas dan penuh daya hidup.
Dengan suara berat namun bersahaja, Faisal berbicara tentang jalan yang bisa mengubah nasib pendengar setianya yaitu beasiswa kuliah di perguruan tinggi. Dengan perlahan Faisal menceritakan sebuah perjuangan panjang yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Natuna sejak 2021. Mereka keluar masuk kantor kementerian bersama pimpinan sebelumnya, mengetuk pintu perguruan tinggi, hingga menyambangi perusahaan-perusahaan minyak dan gas. Semua itu dilakukan tanpa pamrih pribadi, hanya satu tujuan, membuka jalan bagi anak-anak Natuna untuk menembus batas geografis dan keterbatasan akses.
Perjuangan itu mulai membuahkan hasil. Hingga 2024, sebanyak 11 perguruan tinggi ternama telah memberikan kuota beasiswa khusus untuk anak-anak Natuna meliputi Politeknik Energi dan Mineral (Pem) Akamigas, Politeknik Perkapalan, Institut Teknologi PLN, Universitas Pertamina, Universitas Telkom, Akademi Metrologi dan Instrumentasi, Politeknik Ketenagakerjaan, Politeknik Ahli Usaha Perikanan, Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, PKN STAN dan Universitas Esa Unggul. Lebih dari seratus siswa kini tengah menimba ilmu di berbagai kota, bukan karena keberuntungan, tapi karena ketekunan sebuah daerah yang menolak untuk diam dan tekad Faisal yang terus menyalakan api harapan.
Cerita yang disampaikan bukan untuk gagah-gagahan, namun sebagai informasi pembuka bahwa peluang untuk kembali mendapatkan kuota baru ada, dan para pendengar harus mempersiapkan diri.
Perjuangan itu tak berhenti di meja kantor. Ia undang semua kepala sekolah ke Kantor Bupati, menjelaskan langsung, meyakinkan sendiri dengan harapan informasi bisa disebarluaskan oleh para pemimpin tertinggi di sekolah-sekolah itu. Ia tidak mau satu anak pun yang kehilangan peluang hanya karena tidak tahu.
Di usia yang semakin mendekati masa pensiun, semangat Faisal justru semakin menyala. Ia bukan tokoh di televisi, bukan pula pejabat nasional. Tapi di Natuna, bagi ratusan anak muda, Faisal adalah cahaya di tengah kabut. Ia tidak mencari pujian, hanya ingin melihat satu demi satu anak perbatasan percaya bahwa mereka juga pantas bermimpi besar.
Di era teknologi yang terus bergerak, Faisal tak ketinggalan. Ia membentuk berbagai grup WhatsApp, mulai dari grup umum hingga grup khusus per kampus. Semua aktif, semua hidup. Informasi beasiswa mengalir nyaris setiap hari. Di dalamnya, anak-anak bertanya, guru, dan orang tua ikut serta. Seperti stasiun menjelang keberangkatan ramai, hiruk-pikuk, penuh harapan.
Faisal sering kali begadang, bukan karena tuntutan jabatan, tapi karena panggilan hati. Ia menjawab satu per satu pesan yang masuk, memastikan tidak ada yang bingung, tidak ada yang takut untuk mencoba.
“Di setiap grup juga ada perwakilan dari kampus. Mereka bantu jawab pertanyaan teknis. Saya tidak ingin ada anak yang ragu mendaftar hanya karena tidak tahu caranya,” ucap Faisal.
Beasiswa yang diberikan perguruan tinggi, murni dana kementerian, perusahaan dan kampus itu sendiri, sedangkan Pemkab Natuna dalam kerja sama itu sebagai penggerak agar anak Natuna serius dalam menjalankan pendidikan dan memfasilitasi proses seleksi di daerah.
Berjuang kembali
Pada awal 2026 nanti Faisal akan pensiun. Meski demikian, di akhir-akhir masa kerjanya, ia tidak bermalasan. Baginya selama masih ada anak-anak Natuna yang belum berani bermimpi, maka tugasnya belum selesai. Ia hadir bukan untuk mencari pengakuan, tetapi untuk menyalakan keyakinan bahwa dengan kemauan dan usaha, jarak dan keterbatasan bisa diatasi.
Pada April 2025, dengan tekad yang tak pernah pudar, Faisal kembali berjuang mengetuk pintu perguruan tinggi dan hati para menteri, meminta agar kuota beasiswa kembali diberikan untuk generasi di ujung negeri ini. Dengan dukungan penuh dari Bupati Natuna, Cen Sui Lan, Faisal terus bergerak, penuh kesabaran dan harapan.
Semangatnya seakan membuka pintu langit, membuat doa-doanya diperhatikan, karena berbagai kabar baik mulai datang. Salah satunya, pemerintah pusat meluncurkan program Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik), yang dikhususkan bagi anak-anak yang tinggal di wilayah terdepan, tertinggal, dan terpencil.
Peluang emas ini disambut dengan antusias. Faisal menyebarkan informasi tentang beasiswa ini secara luas dan mengejar setiap kesempatan dengan tekad bulat. Politeknik Negeri Batam (Poli Batam) memberikan dukungan dengan menyediakan 20 kuota beasiswa untuk anak-anak Natuna. Pertemuan untuk membahas kesempatan ini pun dijadwalkan pada akhir Mei 2025.
Namun, perjuangan Faisal tak berhenti di situ. Sebagai pejuang pendidikan yang tak kenal lelah, ia terus menjalin koordinasi dengan berbagai universitas di Kepulauan Riau. Ia bertekad agar anak-anak Natuna, yang termasuk dalam kategori wilayah afirmasi, bisa mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk melanjutkan pendidikan tinggi bahkan di daerah mereka sendiri melalui beasiswa ini.
Kabar baik lainnya menyusul. Perusahaan minyak dan gas juga memberikan kembali kuota beasiswa untuk anak-anak Natuna yang bercita-cita melanjutkan pendidikan di Akademi Migas Cepu. Selain itu, pada awal 2025, Telkom University juga kembali memberikan 25 beasiswa kepada anak-anak Natuna, menunjukkan bahwa impian mereka bisa terwujud.
Faisal yakin beberapa perguruan tinggi akan kembali memberikan kuota beasiswa karena, nilai para penerima sebelumnya jauh di atas rata-rata, bahkan ada yang menjadi primadona kampus, karena kreativitas dan prestasinya.
Perjuangan Faisal adalah bukti bahwa satu orang dengan tekad yang kuat mampu membawa perubahan yang besar. Beasiswa ini lebih dari sekadar biaya kuliah, ini adalah langkah untuk memutus rantai keterbatasan, membuka cakrawala baru, dan memperkokoh fondasi masa depan Kabupaten Natuna.
Natuna membutuhkan lebih banyak figur seperti Faisal, mereka yang bekerja dengan tulus di balik layar, menyemai impian anak-anak negeri yang sering terlupakan. Sebab, ketika generasi muda berhasil, bukan hanya satu individu yang meraih kemenangan, tetapi seluruh kabupaten maju bersama, melangkah menuju masa depan yang lebih cerah.
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2025