Mengenal budaya China dengan menyantap mi lanzhou di Jakarta

5 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - Pepatah mengatakan cara mudah untuk mengenal suatu budaya bisa dilakukan dengan mencicipi makanannya. Untuk itulah kami memutuskan untuk menjajal mi sapi khas Lanzhou di China barat laut, yang dihuni oleh sejumlah besar penganut agama Islam China, tanpa harus terbang langsung ke negara asalnya.

Mi Lanzhou atau yang populer dengan nama Lanzhou Lamian tersebut dibuat langsung di tempat dengan teknik tarik tangan khas Lanzhou, yang menghasilkan tekstur lentur dan kenyal. Kuahnya bening namun sarat rasa, terbuat dari rebusan tulang sapi yang dimasak selama berjam-jam, berpadu dengan cabai minyak (chili oil) buatan sendiri, daun ketumbar segar, irisan lobak putih, dan daun bawang.

Pilihan kami jatuh pada resto Lanzhou Beef Noodles di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan. Aroma rempah khas dan kaldu sapi yang kuat langsung menyambut kami begitu memasuki gerai makanan yang sarat dengan ornamen khas China tersebut. Kami pun dibuat tak sabar menjajalnya mengingat setiap gigitan tak hanya menjadi penawar lapar, tetapi juga merupakan pengalaman budaya.

Kami memutuskan untuk memesan dua mangkukniuromian (mi sapi), satu mangkuk rasa original dan satu mangkuk rasa pedas, dua tusukniurouchuan (sate sapi), dan dua tusukyangrouchuan (sate kambing), besertaliangbanhuanggua (acar mentimun) danliangbanmuer (acar jamur kuping) sebagai pelengkap. Harganya berkisar antara Rp45.000 hingga Rp298.000 sebelum pajak. Harga ini kami nilai cukup kompetitif dengan mi dan hidangan mancanegara lain yang biasanya dijual di mal atau pusat perbelanjaan.

Bagi kami, hal yang membuat mi Lanzhou istimewa adalah perpaduan rasa yang seimbang, yakni gurih, sedikit pedas, dan harum rempah. Setiap suapan menyuguhkan kehangatan yang memanjakan lidah dan perut, cocok dinikmati kala hujan mengguyur atau dingin menusuk tulang.

"Sembari menyeruput kuah dan mencium aromanya, saya merasa seolah-olah sedang berkunjung ke salah satu objek wisata di Lanzhou dan menikmati hidangan mi ini langsung di negara asalnya," tutur Yanti, salah seorang penikmat kuliner ketika ditemui Xinhua pada Kamis (15/5).

Kehadiran mi sapi Lanzhou di Indonesia menjadi bukti bahwa cita rasa autentik mampu menembus batas negara. Bagi pencinta kuliner, ini menjadi pengalaman bersantap yang tak boleh dilewatkan dalam wishlist mereka untuk memanjakan lidah.

"Hidangan seperti ini cocok untuk mengakrabkan diri dengan teman dan rekan kerja, bahkan keluarga sendiri. Rasa yang unik dan masih asing bagi kebanyakan orang bisa menjadi topik obrolan yang menarik," lanjut Yanti sambil menyantap sisa sate sapi yang terhidang di meja.

Tak terasa, semangkuk besar mi Lanzhou dan beberapa hidangan lainnya habis kami santap. Seperti kata pepatah, tak kenal maka tak sayang. Mengenal cita rasa kuliner suatu negara nyatanya mampu menjadi salah satu cara untuk lebih mengenal budaya negara itu. Bukan tidak mungkin, mi sapi khas Lanzhou bisa menjadi awal dari hubungan antarbangsa yang erat dan pertukaran budaya antara masyarakat Indonesia dan China.

Pewarta: Xinhua
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |