Jakarta (ANTARA) - Menperin menegaskan bahwa mundurnya LG Energy Solution dari investasi proyek kendaraan listrik (EV) di Indonesia, tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan karena sudah ada mitra pengganti asal China yang mau berinvestasi.
“Dalam sebuah konsorsium bisnis atau proyek skala besar, pergantian investor merupakan hal yang lazim terjadi. Ini tidak mengganggu dari target program pengembangan EV di Indonesia,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan resminya di Jakarta yang diterima ANTARA, Minggu.
Menurut dia bahwa akselerasi pengembangan untuk ekosistem kendaraan listrik di Indonesia akan terus tetap berjalan sesuai perencanaan dan target, apalagi sudah ada yang berproduksi di tanah air.
Hingga kini sudah terdapat dua perusahaan yang sudah menjalani produksi baterai untuk motor listrik.
Perusahaan itu, yakni PT Industri Ion Energisindo yang memiliki kapasitas produksi 10.000 pcs baterai per tahun dan investasi Rp18 miliar, serta PT Energi Selalu Baru dengan kapasitas produksi 12.000 pcs baterai per tahun dengan nilai investasi Rp15 miliar.
Sedangkan untuk sektor roda empat, di Indonesia sudah terdapat dua perusahaan, yakni PT HLI Green Power, yang merupakan konsorsium antara Hyundai Grup dan LG sebagai produsen sel baterai, dengan kapasitas tahap pertama 10 GWh dengan total nilai investasi USD1,1 miliar dolar AS.
Industri sel baterai ini akan memasok 150.000 hingga 170.000 unit kendaraan bermotor listrik melalui PT Hyundai Energy Indonesia selaku industri baterai pack yang memiliki kapasitas produksi 120 ribu pack baterai kendaraan bermotor listrik dengan total investasi Rp674 milliar.
Perkembangan ekosistem kendaraan hijau di tanah air menunjukkan grafik yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Sehingga, imbuh dia pada 2024 telah mencapai 207 ribu unit atau meningkat sebesar 78 persen dibanding tahun 2023 yang berjumlah 116 ribu unit.
Perkembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia semakin tumbuh, dengan kapasitas yang jauh melampaui perkembangan pasar.
"Hal ini juga didorong dari berbagai kebijakan strategis dari pemerintah, termasuk memberikan kepastian dan kemudahan usaha, penyusunan roadmap, serta pengoptimalan tingkat komponen dalam negeri (TKDN),” ucap dia.
Pihaknya masih konsisten dalam menaruh target produksi kendaraan listrik di tahun 2030 yang bakal 9 juta unit untuk segmen roda dua dan tiga, serta 600 ribu unit untuk segmen mobil dan bus.
Target tersebut diharapkan dapat berkontribusi terhadap pengurangan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) 21,65 juta barel atau setara pengurangan emisi CO2 sebanyak 7,9 juta ton secara total.
Di Indonesia kini sudah terdaftar 63 perusahaan yang mempercayakan sepeda motor mereka diproduksi di Indonesia, dengan kapasitas produksi 2,28 juta unit pertahun.
Kemudian, terdapat sembilan perusahaan yang memproduksi mobil listrik dengan jumlah kapasitas produksi 70.060 unit per tahun dan investasi Rp4,12 triliun.
Selain itu, terdapat pula tujuh perusahaan yang sudah memproduksi bus listrik, dengan jumlah kapasitas produksi 3.100 unit per tahun dan total investasi Rp0,38 triliun.
“Jadi, keseluruhan investasi tersebut Rp5,63 triliun. Investasi ini yang perlu kita jaga, karena membawa multiplier effect bagi perekonomian kita, termasuk pada peningkatan jumlah tenaga kerja di Indonesia,” ungkap Menperin.
Baca juga: Menperin pastikan mundurnya LG tak pengaruhi pengembangan ekosistem EV
Baca juga: Menperin sebut RI bisa dijadikan model pembangunan industri
Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Iskandar Zulkarnaen
Copyright © ANTARA 2025