Makassar (ANTARA) - Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, mengajak para akademisi, birokrasi, hingga praktisi Islam untuk terus meningkatkan peran dalam merespons isu-isu ekonomi aktual.
“Kami berharap para ahli ekonomi Islam bisa terus meningkatkan peran dalam merespon berbagai isu aktual dan juga menjadi agen perubahan, baik di level nasional maupun di level internasional," ujar Menkeu Sri Mulyani dalam keterangannya diterima di Makassar, Kamis.
Sri Mulyani saat menjadi pemateri pada Seminar Internasional dalam rangkaian kegiatan peringatan Milad UMI ke-71 tahun melalui zoom, juga menyampaikan pemerintah berkomitmen mendukung pengembangan industri halal di Indonesia dengan mendorong pembentukan kompleks-kompleks industri yang berbasis produk halal.
Baca juga: Sri Mulyani tegaskan RI bebas aktif di tengah eskalasi geopolitik
Menurut Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) itu, Indonesia memiliki potensi industri halal yang besar, sehingga pengembangan industri halal memerlukan banyak dukungan termasuk dari sisi kebijakan dan regulasi.
"Olehnya itu, sertifikasi halal dapat menjadi jaminan keamanan tambahan terhadap produk yang ditawarkan kepada masyarakat,"ucapnya.
Sementara itu, Rektor Universitas Muslim Indonesia (UMI) Prof Dr H Hambali Thalib SH MH, menyampaikan bahwa tema yang diangkat dalam seminar internasional ini sangat relevan dengan dinamika ekonomi global saat ini.
Baca juga: Sri Mulyani pamerkan talenta Indonesia di AIIB
“Ekonomi Islam dan industri halal tidak lagi sekadar menjadi sektor alternatif, tetapi telah menjelma menjadi kekuatan ekonomi baru yang menjanjikan keberlanjutan dan keadilan ekonomi," urainya.
Profesor Fakultas Hukum UMI itu menyadari bahwa pengembangan ekonomi Islam dan industri halal tidak dapat dilakukan secara parsial. Dibutuhkan kolaborasi lintas sektor dan lintas negara, melibatkan pemerintah, perguruan tinggi, pelaku industri, lembaga keuangan, serta komunitas masyarakat.
Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.