Jakarta (ANTARA) - Di lereng Gunung Kerinci, Aceh, hamparan tanaman kopi tumbuh di bawah rindangnya pepohonan surian dan kayu manis, membentuk mosaik hijau menyerupai hutan alami.
Sementara itu, di Jawa Barat, petani teh di Desa Cikoneng menggunakan kompos dan pestisida nabati alih-alih bahan kimia sintetis, agar tanaman teh tumbuh sehat tanpa mencemari lingkungan sekitarnya.
Dari Sumatra hingga Papua, berbagai penjuru Nusantara tengah menggeliat dengan praktik perkebunan baik demi konservasi lingkungan maupun keberlanjutan pertanian. Inisiatif-inisiatif ini tidak hanya berdampak positif bagi ekosistem, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan, mendukung masyarakat lokal, dan meningkatkan citra Indonesia di mata dunia.
Komoditas perkebunan rakyat seperti kopi, teh, kakao, hingga pala dan lada telah banyak bertransformasi dengan menerapkan kearifan berkelanjutan. Di dataran tinggi Sumatra, para petani kopi memelopori sistem wanatani (agroforestry) yang menyelaraskan perkebunan dengan ekosistem hutan.
Contoh nyata terlihat di lereng Gunung Kerinci (Jambi) dan Gayo (Aceh), dua kawasan penghasil kopi arabika unggulan. Pola agroforestri telah menciptakan ekosistem kebun yang menyerupai hutan mini, sehingga burung, serangga penyerbuk, hingga jamur tanah tetap lestari.
Baca juga: KLHK gelar pasar RHL jajakan produk pertanian agroforestry
Baca juga: Wujudkan pertanian berkelanjutan, Program Transformasi PETI jadi pionir ketahanan pangan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.