Jakarta (ANTARA) - Di Indonesia, tokoh pemuka agama dalam komunitas muslim memiliki sejumlah panggilan khusus, salah satunya Gus.
Banyak figur pemuka agama ternama yang menggunakan gelar tersebut. Namun, tidak sedikit pula yang penasaran mempertanyakan apakah arti panggilan 'Gus' yang sebenarnya?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia VI Kemdikbud, mendefinisikan istilah Gus merupakan nama julukan atau nama panggilan untuk anak laki-laki. Istilah Gus juga dimaknai sebagai nama panggilan untuk putra ulama, kiai, atau orang yang dihormati.
Istilah Gus juga digunakan sebagai panggilan untuk anak lelaki putra kiai atau pemilik pesantren. Hingga kini, Gus menjadi panggilan atau sapaan yang cukup populer di kalangan pesantren.
Asal-usul panggilan Gus ini berasal dari tradisi keraton terutama pada masa Kesultanan Mataram Islam. Dalam buku Baoesastra Djawa yang ditulis Poerwadarminta, kata Gus berasal dari kata Bagus.
Saat itu, panggilan Gus digunakan sebagai sapaan kehormatan bagi putra raja yang masih kecil di lingkungan keraton, dengan penggilan Raden Bagus yang disingkat Den Bagus.
Hingga sapaan Gus meluas ke kalangan pesantren terutama di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU). Gus dalam lingkungan NU sebagai panggilan yang cukup istimewa sering diperuntukkan bagi putra seorang kiai, khususnya di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Melansir dari laman NU Online, gelar Gus disematkan oleh masyarakat kepada anak kiai sejak dia baru lahir. Seiring berjalannya waktu, putra kiai disapa Gus tidak terbatas oleh umur.
Kemudian, panggilan Gus juga melebar dan digunakan sebagai simbol ketokohan seseorang dari sisi agama. Meskipun bukan anak kiai, seseorang yang mendalam pemahaman agamanya juga bisa saja dipanggil Gus. Namun, pemberian gelar Gus di kalangan pesantren atau masyarakat luas tidak dapat dilakukan secara sembarangan.
Berdasarkan kajian sosiologis, panggilan Gus bisa didapat secara alami (ascribed status) yang disebabkan faktor keturunan dan melalui proses perjuangan serta pengorbanan (achieved status).
Menurut Putra Kiai Pengasuh Pesantren Al Falah Ploso KH Abdurrahman Al-Kautsar (Gus Kautsar) menjelaskan bahwa panggilan Gus merupakan bentuk penghormatan terhadap jasa orang tua.
Panggilan Gus ini sebagai sebuah penghormatan yang diberikan oleh masyarakat, khususnya di Jawa Timur, kepada orang yang kebetulan dilahirkan dari para ulama yang memiliki karya, atsar, atau legacy (peninggalan) dalam hidupnya.
Sementara menurut Mudir Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang, Kiai Ahmad Roziqi menjelaskan bahwa seseorang yang menyandang panggilan Gus harusnya bernasab dan bersanad.
Adapun yang dimaksud seseorang yang menyadang panggilan Gus harus bersanad artinya memiliki kapasitas keilmuan Islam yang mumpuni. Sementara, bernasab artinya seseorang dengan panggilan Gus harus memiliki garis keturunan dari tokoh agama Islam.
Namun, Kiai Ahmad Roziqi menambahkan, bahwa gelar Gus saat ini telah jamak atau menjadi lebih umum dan tidak seketat seperti di masa lalu. Panggilan Gus saat ini bisa dimaknai sebagai kakak dan terkadang anak kiai juga tidak disebut Gus.
Dari penjelasan di atas dapat memahami bahwa panggilan Gus bukan sekadar gelar, itu diberikan oleh masyarakat sebagai bentuk mencerminkan kepercayaan dan harapan kepada orang yang diberikan gelar tersebut.
Baca juga: Pakar Mikro Ekspresi ungkap perasaan terpendam Prabowo pada Gus Miftah Baca juga: Sepekan, Presiden tegur Miftah Maulana hingga bencana alam Sukabumi Baca juga: Sepekan, PDIP pecat Jokowi hingga Gus Miftah mundur dari utusan khusus
Pewarta: Sri Dewi Larasati
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024