Jakarta (ANTARA) - Badan Gizi Nasional (BGN) mengungkap adanya kasus keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia. Sebagian besar kasus tersebut disebabkan oleh bakteri yang ditemukan dalam makanan.
Menurut BGN, ada beberapa jenis bakteri yang paling banyak terdeteksi. Dua diantaranya yakni bakteri salmonella, yang terdapat pada ayam, telur, dan sayuran, serta bakteri bacillus cereus, yang sering ditemukan pada makanan berbahan dasar mie.
Lalu, apa sebenarnya bakteri salmonella dan bacillus cereus itu? Berikut penjelasannya.
Baca juga: Bahaya konsumsi makanan yang jatuh selama 5 menit di lantai
Bakteri salmonella
Bakteri salmonella termasuk dalam famili enterobacteriaceae, dimana bakteri ini merupakan basil gram negatif yang berbentuk batang.
Salmonella sp ini adalah patogen fakultatif intraseluler yang memungkinkan bakteri salmonella bisa bertahan di berbagai kondisi, termasuk dalam keasaman lambung. Bakteri ini berukuran 2-5 mikron dan bergerak menggunakan flagel.
Bakteri salmonellosis ini terbagi menjadi dua kelompok tanda gejala, yakni keracunan makanan yang disebabkan oleh salmonella enteritidis, salmonella typhimurium, salmonella newport, dan salmonella heidelberg, serta gastroenteritis atau gangguan saluran cerna yang disebabkan oleh salmonella choleraesuis dan salmonella dublin.
Pada umumnya, bakteri salmonella ini menyebar secara fekal-oral, yakni sebanyak 94 persen kasus berasal dari makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri ini sendiri. Makanan yang bisa menyebarkan bakteri salmonella ini diantaranya daging sapi, unggas, sayur, telur, dan susu.
Akhirnya orang yang memakan makanan dengan bakteri ini, akan mengalami infeksi usus dan menimbulkan berbagai gejala pencernaan.
Baca juga: Bahaya telur terkontaminasi salmonella
Selain melalui makanan, bakteri salmonella juga dapat menular dengan cara lain. Penyebaran bisa terjadi melalui kontak fisik dengan seseorang yang sedang mengidap penyakit akibat bakteri salmonellosis. Selain itu, penularan juga bisa berlangsung melalui air yang terkontaminasi maupun hewan yang membawa bakteri tersebut.
Adapun gejala penyakit salmonellosis dapat dirasakan mulai dari 8 hingga 72 jam setelah terinfeksi. Pada umumnya, gejalanya ini akan berlangsung selama 4-7 hari. Berikut beberapa gejala yang dapat muncul akibat infeksi dari bakteri salmonella:
- Diare
- Demam dan menggigil
- Mual dan muntah
- Sakit kepala
- Kram perut
- Terdapat darah dalam tinja
Salmonellosis dapat menyerang siapa saja. Namun, ada beberapa faktor yang menjadikannya rentan terkena dampak dari bakteri salmonella, yakni:
- Anak berusia kurang dari 5 tahun dan lanjut usia (lansia).
- Bayi yang tidak mendapatkan ASI ekslusif.
- Seseorang dengan kekebalan tubuh yang lemah, seperti seseorang dengan penyakit HIV/AIDS, seseorang yang mengalami kemoterapi dan pengobatan radiasi, ataupun seseorang yang mengalami tranplantasi organ.
- Seseorang yang mempunyai riwayat peradangan usus.
- Seseorang yang memiliki riwayat anemia pernisiosa.
- Seseorang yang sering menggunakan antasida memiliki faktor risiko yang lebih tinggi untuk terkena salmonellosis, karena pH dalam lambung menurun dan menyebabkan bakteri salmonella akan lebih kuat bertahan hidup dan pada akhirnya menginfeksi usus.
- Seseorang yang meminum antibiotik tanpa dosis yang tepat mampu menurunkan kadar jumlah bakteri baik dalam usus, sehingga risiko terkena salmonellosis lebih tinggi.
- Negara dengan iklim tropis.
Baca juga: BPOM: Bakteri Salmonella di lauk picu keracunan MBG Belitung Timur
Bakteri bacillus cereus
Bacillus cereus (B. Cereus) merupakan suatu bakteri pembentuk spora yang ukurannya sangat kecil, sehingga hanya mampu dilihat melalui mikroskop. Bakteri ini menghasilkan toksin yang berbahaya bagi tubuh.
Bakteri ini dapat menyebabkan dua jenis penyakit gastrointestinal, yakni sindrom emetik (muntah) dan sindrom diare.
1. Sindrom emetik (muntah)
Toksin yang dihasilkan oleh bakteri bacillus cereus ini akan terbentuk di dalam makanan. Setelah seseorang memakan makanan yang terkontaminasi bakteri tersebut, umumnya gejala akan muncul setelah 1-6 jam dan hilang setelah 6-24 jam.
Bacillus cereus ini biasanya identik berada dalam nasi. Walaupun tidak semua nasi mengandung bacillus cereus, namun nasi yang matang dan didiamkan terlalu lama, bisa menjadi tempat berkembangnya bakteri ini.
Selain nasi, terdapat beberapa makanan yang bisa mengandung bakteri bacillus cereus ini, yakni keju dan makanan bertepung seperti pasta, mie, kue kering, sushi, dan ketang.
Baca juga: BPOM kaji lebih lanjut terkait kasus keracunan MBG di Bogor
2. Enterotoksin (sindrom diare)
Toksin yang dihasilkan oleh bakteri bacillus cereus akan terbentuk di usus halus setelah seseorang mengonsumsi makanan yang telah terkontaminasi.
Gejala keracunan biasanya mulai muncul dalam waktu 6 hingga 15 jam setelah makanan masuk ke tubuh, dan dapat bertahan selama 12 hingga 24 jam sebelum akhirnya gejala mereda.
Beberapa jenis makanan yang rentan menyebabkan keracunan akibat bakteri ini antara lain produk olahan susu, ikan, daging, sayuran, saus, sup, hingga semur.
Gejala yang ditimbulkan dapat bervariasi, tergantung jenis toksin yang dihasilkan. Pada bacillus cereus jenis enterotoksin, gejala yang muncul meliputi kram perut, sakit perut, mual, hingga diare berair yang terkadang disertai darah atau lendir.
Sementara itu, bacillus cereus jenis emetik lebih sering menimbulkan gejala muntah dan mual, meski dalam beberapa kasus juga dapat diikuti diare.
Itulah penjelasan mengenai bakteri salmonella dan bacillus cereus yang bisa menjadi penyebab keracunan dari makanan.
Sebagai informasi, salah satu program unggulan Presiden Prabowo yakni Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah dilaksanakan sejak Januari hingga September 2025. Hingga saat ini, dalam pelaksanaannya tercatat ada 70 kasus, termasuk keracunan di berbagai wilayah dan sebanyak 5.914 penerima MBG ikut terdampak.
Menanggapi hal itu, Presiden Prabowo memerintahkan agar seluruh dapur MBG yang dikelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) wajib dilengkapi alat uji (test kit), untuk memastikan keamanan makanan yang disajikan untuk anak-anak tetap bergizi.
Baca juga: Hindari salmonella, ini cara menyimpan dan memasak telur dengan aman
Pewarta: Putri Atika Chairulia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.