Tanjungpinang (ANTARA) - Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN Wihaji mengecek Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya) Asri di Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) guna memastikan anak-anak mendapatkan pola asuh yang layak.
Menteri Wihaji didampingi Gubernur Kepri Ansar Ahmad serta sejumlah pejabat atau pemangku kepentingan lainnya Tanjungpinang, Kamis, mengecek satu per satu fasilitas di Tamasya Asri, mulai dari taman asuh, ruang bermain, tempat tidur, hingga kompetensi para pembina/pengasuh anak.
"Sudah kita cek, semuanya bagus. Ada sekitar 40 anak asuh, usianya lima sampai enam bulan. Anak-anak di sini wajib tidur siang, bahkan dimandikan dulu sebelum diambil orang tuanya," kata dia setelah mengecek fasilitas Tamasya Asri di Jalan Kuantan Tanjungpinang..
Ia menyebut Tamasya ini murni diinisasi oleh pihak swasta, namun tetap masuk dalam pembinaan Kemendukbangga/BKKBN.
Beberapa fasilitas di Tamasya tersebut dikenakan bayaran, misalnya untuk makan siang hingga memandikan anak. Berbeda halnya dengan Tamasya milik pemerintah daerah/kementerian, tidak dikenakan biaya.
Baca juga: Mendukbangga sebut keluarga jadi fondasi masa depan Indonesia
Tamasya seperti ini, kata dia, dibutuhkan bagi orang tua (ayah dan ibu) yang sibuk bekerja, lalu ingin menitipkan anak-anaknya di tempat penitipan anak.
"Di sini, model pola asuh anak disesuaikan dengan umurnya, tentu dengan metode dan cara khusus. Makanya, kita tekankan pengasuh Tamasya harus lulus sertifikasi pengasuh anak," ujar Wihaji.
Ia mengatakan saat ini sudah ada 3.202 Tamasya di Indonesia yang menjadi bagian dari pembinaan Kemendukbangga/BKKBN. Ada Tamasya yang diinisiasi swasta murni, lalu pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi hingga kementerian.
Tamasya sebagai bentuk kehadiran negara guna memastikan anak-anak sebagai generasi masa depan bangsa tetap memperoleh pengasuhan yang cukup meski ditinggal orang tuanya bekerja.
"Negara menjamin orang tua tetap bisa bekerja setelah punya anak, karena anak-anak mereka ada yang mengasuh," ucapnya.
Ia menjelaskan fenomena belakangan ini, banyak orang tua khususnya kaum perempuan Indonesia ingin menikah, tetapi tak mau mempunyai anak. Totalnya mencapai 71 ribu orang perempuan.
Alasannya, kata dia, beragam, ada yang mengaku ribet mengurus anak, termasuk sibuk bekerja hingga tak punya banyak waktu mengasuh anak.
"Oleh karena itu, Tamasya memberikan solusi bagi orang tua sibuk bekerja, anaknya tetap mendapatkan akses pengasuhan berkualitas dan penuh kasih sayang," demikian Wihaji.
Baca juga: Pemerintah tambah anggaran hingga Rp330 miliar guna perluas akses KB
Baca juga: Mendukbangga sebut program Genting menjangkau hampir satu juta anak
Baca juga: Mendukbangga: Program MBG perkuat ketahanan gizi keluarga
Pewarta: Ogen
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































