Makassar (ANTARA) - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli mempersilahkan sekaligus menantang Universitas Muslim Indonesia (UMI) menjadi hub gerakan produktivitas nasional (GPN) di Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Yassierli di Makassar, Sabtu, mengatakan pihaknya memang membutuhkan dukungan dari berbagai pihak termasuk kalangan kampus untuk bersama-sama mendorong peningkatan produktivitas negara ke depan.
"Jadi artinya peluang itu bisa semua.
Tantangan kepada UMI, kalau ingin menjadi hub gerakan produktivitas nasional maka tentunya juga harus menyiapkan segala sesuatunya serta proaktif," ujarnya usai membawakan kuliah umum di Aula Al Jibra UMI Makassar.
"Gerakan produktivitas ini akan besar sehingga membutuhkan dukungan dari kampus. Nanti jika ada kampus yang lain, kita harus kerja sama,"lanjut Menaker.
Ia menjelaskan, gerakan ini memiliki tantangan besar sehingga tidak lagi berbicara entitasnya punya siapa. Artinya semua ini harus berkolaborasi.
Baca juga: Menaker: Transformasi BLK fokus program kebutuhan industri ke depan
Sehingga, lanjut dia, kita membutuhkan pusat-pusat yang berbicara untuk pusat produktivitas (productivity center), di situlah dikaji tentang bagaimana strategi untuk peningkatan produktivitas. Soal pertanyaan bagaimana dan seterusnya tentu semua akan ikut kolaborasi.
Kemenaker saat ini, ujar dia, tengah mempersiapkan launching GPN yang mana akan memberikan pelatihan kepada 500 orang peserta untuk dididik menjadi ahli produktivitas.
Bahkan 200 orang akan disiapkan menjadi spesialis produktivitas.
"Meningkatkan produktivitas tentu membutuhkan kerjasama Pentahelix, baik, dari kampus, pemerintah, industri
APIDO, KADIN, serikat buruh ataupun serikat pekerja. Kita membutuhkan kolaborasi yang masif," jelasnya.
Rektor UMI Makassar Prof Hambali Thalib SH MH, mengaku siap menyukseskan gerakan produktivitas nasional sebab UMI didukung banyak sumber daya.
Baca juga: Menaker: Pelatihan vokasi inklusif berorientasi ke kebutuhan industri
Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.