Jakarta (ANTARA) - Lagu Pantang Mundur menjadi salah satu lagu perjuangan Indonesia yang memiliki makna sangat dalam.
Lagu ini kerap diperdengarkan dalam berbagai momen peringatan hari besar nasional, termasuk dalam lomba-lomba paduan suara yang digelar untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.
Dengan lirik yang menyentuh, lagu ini menggambarkan keteguhan dan keikhlasan hati seorang istri saat melepas kepergian suaminya ke medan perang demi membela negara tercinta.
Lagu ini diciptakan oleh Titiek Puspa pada tahun 1963, saat ia masih bernaung di bawah Irama Records. Sudarwati, yang lebih dikenal dengan nama panggung Titiek Puspa, merupakan sosok legendaris di industri hiburan Indonesia.
Lahir pada 1 November 1937 di Tanjung, Kalimantan Selatan, Titiek mengawali karier seninya sejak muda dan terus berkarya selama lebih dari tujuh dekade. Ia dikenal tidak hanya sebagai penyanyi bersuara khas, tetapi juga sebagai pencipta lagu, aktris film, serta tokoh teater yang berperan penting dalam perkembangan dunia seni pertunjukan Tanah Air.
Inspirasi lagu ini datang dari perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kembali Irian Jaya. Titiek, yang kala itu telah lama berkecimpung di dunia seni sejak masa Presiden Sukarno, menggambarkan dengan kuat rasa haru dan semangat juang yang dirasakan keluarga para pejuang, terutama para istri tentara. Berikut adalah lirik lagu Pantang Mundur.
Pantang Mundur - Titiek Puspa
Kulepas dikau pahlawan
Kurelakan dikau berjuang
Demi keagungan negara
Kanda pergi ke medan jaya
Bila kanda teringat
Ingatlah adik seoarang
Jadikan daku semangat
Terus maju pantang mundur
Air mataku berlinang
Karena bahagia
Putra pertama lahir sudah
Kupintakan nama padamu pahlawan
Sembah sujud ananda
Dirgahayulah kakanda
Jayalah dikau pahlawan
Terus maju pantang mundur
Baca juga: Dasco: Titiek Puspa pekerja seni nasional yang sumbangkan banyak karya
Baca juga: Presiden kenang Titiek Puspa musisi berkontribusi besar bagi Negara
Baca juga: Film-film populer yang pernah dibintangi Titiek Puspa
Pewarta: Allisa Luthfia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025