Kolaborasi tambang untuk masa depan NTB

1 week ago 9

Mataram (ANTARA) - Di sebuah rumah sederhana di Kecamatan Maluk, Sumbawa Barat, seorang pemuda bernama Deni tampak sibuk menata peralatan bengkel kecil miliknya. Deretan kunci inggris, obeng, dan mesin las yang kini menjadi sumber penghidupannya, dulunya hanyalah benda asing yang tak pernah ia bayangkan bisa dikuasai.

Beberapa tahun lalu, kehidupan Deni hanya berkisar pada pekerjaan serabutan tanpa arah yang jelas. Jalan satu-satunya yang sering dipikirkan adalah merantau ke kota besar, meninggalkan tanah kelahiran yang terasa sempit dan tanpa peluang.

Perubahan besar datang ketika ia mengikuti pelatihan vokasi yang digelar pemerintah daerah bersama PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN). Dari pelatihan itu, ia mendapatkan keahlian mekanik dasar, sertifikat kompetensi, hingga kesempatan magang di kontraktor tambang. Deni bukan hanya berhasil mendapat pekerjaan layak, tetapi kini memiliki keyakinan untuk membuka bengkel kecil dan berbagi keterampilan dengan pemuda lain di desanya.

Cerita Deni hanyalah sepotong dari mosaik besar tentang transformasi masyarakat lingkar tambang. Di balik kisah ini ada benang merah penting yakni kolaborasi. Perusahaan tambang memahami bahwa keberlanjutan sebuah industri tidak bisa dicapai dengan berjalan sendiri. Pertambangan yang hanya berorientasi pada produksi akan cepat kehilangan legitimasi sosial. Karena itu, perusahaan memilih membangun pola kerja sama dengan pemerintah dan masyarakat, bukan sekadar memberikan bantuan sepihak.

Kolaborasi ini terlihat jelas di bidang pendidikan. Pemerintah daerah menyediakan sekolah dan tenaga pengajar, sementara perusahaan melengkapi dengan fasilitas, beasiswa, hingga pelatihan vokasi. Hasilnya, anak-anak di lingkar tambang kini memiliki akses pendidikan lebih baik. Ada yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi, ada pula yang memilih jalur keterampilan dengan sertifikat kompetensi. Pendidikan yang sebelumnya dianggap terbatas kini menjadi pintu harapan baru.

Di bidang infrastruktur, kerja sama juga nyata. Pemerintah menyiapkan lahan serta perizinan, perusahaan mendukung pembangunan sarana air bersih, jalan desa, hingga fasilitas umum lain. Masyarakat pun terlibat dalam perawatan dan pemanfaatannya. Jalan yang dulu becek kini lebih layak dilalui, mempermudah akses hasil pertanian ke pasar. Air bersih yang dulu langka kini lebih mudah diperoleh, meningkatkan kualitas hidup sehari-hari.

Dampak kolaborasi paling terasa adalah pada pemberdayaan ekonomi. Kelompok ibu rumah tangga mendapat pelatihan pengolahan pangan dan keterampilan menjahit. Pemuda desa dilatih membuka usaha bengkel, perikanan, hingga budidaya pertanian modern. Hasilnya, tumbuh usaha kecil berbasis komunitas yang perlahan memperkuat kemandirian ekonomi.

Di Desa Benete, misalnya, kelompok ibu rumah tangga kini mampu memproduksi olahan ikan asin dalam kemasan modern. Jika dulu hanya dijual kiloan di pasar dengan keuntungan tipis, kini produk mereka masuk toko-toko dengan harga lebih baik. Bagi para ibu, ini bukan sekadar tambahan penghasilan, melainkan kebanggaan karena mampu membuktikan bahwa keterampilan lokal bisa bersaing.

Kolaborasi juga merambah bidang lingkungan. Program rehabilitasi lahan dan konservasi mangrove dilakukan dengan melibatkan warga desa secara langsung. Pemerintah daerah memberikan pendampingan teknis, perusahaan menyediakan bibit dan logistik, sementara masyarakat yang menanam dan merawat.

Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |