Kolaborasi RI-China hadirkan transfer teknologi dan peningkatan SDM

2 months ago 21

Jakarta (ANTARA) - Melalui kerja sama yang terjalin erat, kontribusi China tercermin dalam pembangunan berbagai infrastruktur hingga pengembangan industri manufaktur di Indonesia.

Kerja sama ini turut membuka ruang bagi terjadinya transfer teknologi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui program pelatihan, pendidikan, dan kerja sama teknis.

Momentum penting dalam penguatan kerja sama antara Indonesia dan China terjadi pada 25 Mei lalu, saat Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menerima kunjungan kenegaraan Perdana Menteri China Li Qiang di Istana Merdeka, Jakarta.

Dalam pertemuan tersebut, Prabowo menyoroti sejumlah proyek besar yang berhasil dijalankan bersama, mulai dari sektor perdagangan hingga teknologi.

Prabowo juga menyampaikan apresiasi terhadap kontribusi perusahaan-perusahaan China yang membuka lapangan kerja, mendorong alih teknologi, dan menunjukkan kemampuan penyesuaian diri dengan kepentingan nasional Indonesia.

Pertemuan ini menjadi penanda babak baru dalam hubungan bilateral, khususnya di bidang ekonomi dan pengembangan teknologi, sekaligus memperkuat komitmen kedua negara untuk terus memperdalam kemitraan yang saling menguntungkan.

Sementara itu, Ketua Dewan Pengawas Indonesia Business Council (IBC) Arsjad Rasjid menilai pertemuan itu harus dimanfaatkan secara optimal oleh pelaku usaha di Tanah Air.

Menurutnya, kedatangan investor China sebaiknya tidak hanya dipandang dari sisi finansial, tetapi juga dari sisi transfer pengetahuan dan teknologi.

"Uang satu hal, kapital. Tapi yang lebih penting adalahtransfer of knowledge, teknologi, serta hubungan yang lebih erat secara kultural dan antarmasyarakat. Jadi jangan dilihat jangka pendek, tapi jangka panjang. Itu harapannya," ujarnya.

Pemerintah Indonesia terus mendorong agar kerja sama ekonomi yang terjalin membawa manfaat berkelanjutan, termasuk peningkatan kualitas SDM dan penguasaan teknologi strategis.

Beberapa contoh nyata transfer pengetahuan dan teknologi dari kerja sama antara Indonesia dan China pun sudah dan sedang terjalin. Beberapa contoh di antaranya dapat ditemukan dalam uraian berikut:

Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), proyek kereta cepat pertama di ASEAN, menjadi simbol nyata alih teknologi di sektor transportasi.

Proyek ini menghadirkan teknologi kereta dengan kecepatan hingga 350 km/jam, sistem sinyal otomatis, serta metode konstruksi baru seperticast in situ untukgirder full span, yang pertama kali diterapkan di Indonesia.

Dalam proses pembangunannya, proyek ini juga menghadapi sejumlah tantangan teknis signifikan, salah satunya pada pembangunan Tunnel 2 yang terletak di area tanah lempung (clay shale) di Purwakarta. Jenis tanah ini rentan lapuk saat terekspos penggalian.

Guna mengatasi kondisi tersebut, tenaga ahli dari China berkolaborasi dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam menerapkan metodegrouting, yaitu penyuntikan cairan khusus ke dalam rongga tanah untuk memperkuat dan menstabilkan struktur terowongan.

Seorang masinis Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) bekerja mengemudikan KCJB (Xinhua)

Transfer teknologi yang terjadi tidak terbatas pada aspek infrastruktur fisik semata, tetapi juga meliputi pengoperasian, perawatan, dan manajemen sistem transportasi. Ribuan teknisi dan insinyur Indonesia telah menjalani pelatihan intensif, baik di dalam negeri maupun di China, guna menguasai teknologi dan prosedur operasional kereta cepat.

Dengan demikian, proyek ini tidak hanya meningkatkan konektivitas, tetapi juga memperkuat kapasitas SDM untuk mengelola sistem transportasi kelas dunia secara mandiri.

Manfaat alih teknologi dalam kerja sama juga tercermin dalam keterlibatan PT China Harbour Indonesia (CHI) dalam pembangunan jalan dan terowongan multisarana (multi utility tunnel/MUT) di Ibu Kota Nusantara (IKN).

Otorita IKN menerbitkan Letter to Proceed (LTP) kepada PT CHI untuk terlibat dalam proyek terkait dengan nilai mencapai sekitar Rp70 triliun. Proyek ini mencakup pembangunan terowongan pintar sepanjang 138,6 kilometer yang dirancang untuk menampung berbagai jaringan utilitas bawah tanah seperti kabel listrik, serat optik, dan pipa.

Sebagai teknologi yang masih jarang digunakan di kota-kota Indonesia, MUT menawarkan solusi cerdas untuk infrastruktur perkotaan.

Sistem terowongan pintar yang digunakan memungkinkan pemasangan dan pemeliharaan jaringan tanpa mengganggu permukaan jalan, sehingga meningkatkan efisiensi konstruksi dan meminimalkan dampak terhadap lingkungan serta lalu lintas.

Kolaborasi Indonesia-China dalam proyek ini diharapkan mendukung pembangunan IKN, sekaligus membuka peluang penerapan di kota-kota lain di Tanah Air.

GEM Co., Ltd., perusahaan asal China yang bergerak di sektor bahan baku baterai, menjalin kerja sama strategis dengan PT Vale Indonesia Tbk untuk membangun fasilitas pengolahan nikel berbasis teknologi High-Pressure Acid Leach (HPAL) di Sulawesi Tengah.

Proyek senilai 1,4 miliar dolar AS ini ditargetkan memproduksi 60.000 ton Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) per tahun, yang merupakan bahan utama baterai sistem penyimpanan energi.

Fasilitas ini mengusung prinsipnet-zero dan efisiensi energi tinggi, menggunakan HPAL generasi ketiga yang mampu mengekstraksi logam berharga seperti nikel, kobalt, dan mangan dari bijih kadar rendah (0,8-1,4% nikel).

Dibanding metode piroteknik, proses ini lebih ramah lingkungan karena menghasilkan emisi lebih rendah serta dilengkapi sistem pengolahan limbah yang aman dan berstandar tinggi.

Seorang teknisi memeriksa panel kontrol yang ada di fasilitas pengolahan nikel berbasis teknologi High-Pressure Acid Leach (HPAL) di Sulawesi Tengah. Fasilitas itu merupakan hasil kerjasama GEM Co., Ltd., perusahaan asal China yang bergerak di sektor bahan baku baterai, dengan PT Vale Indonesia Tbk (Xinhua)

Tak hanya berfokus pada inovasi industri, GEM juga berkontribusi dalam pengembangan SDM lokal. Melalui pelatihan tenaga kerja dan pendirian Joint Research Laboratory bersama Institut Teknologi Bandung (ITB), kolaborasi riset di bidang teknologi material, hidrometalurgi, dan energi baru semakin diperkuat.

Laboratorium yang diresmikan pada Agustus 2024 di Kampus ITB Jatinangor ini menjadi simbol nyata dari transfer pengetahuan, sejalan dengan agenda hilirisasi mineral nasional.

Melalui sejumlah proyek infrastruktur dan peningkatan SDM, kerja sama ini menunjukkan komitmen kedua negara untuk menciptakan manfaat jangka panjang yang berkelanjutan, tidak hanya dari sisi finansial, tetapi juga dari sisi pengetahuan, teknologi, dan hubungan antar-masyarakat.

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |