Jakarta (ANTARA) - Perusahaan global pengelolaan energi dan otomasi, Schneider Electric membagikan kiat efisiensi energi di industri dengan mengurangi pemborosan sehingga mampu meningkatkan produktivitas.
"Pemborosan energi masih menjadi tantangan besar di lingkungan industri. Praktik seperti lampu yang dibiarkan menyala, pengendalian suhu yang tidak efisien, hingga mesin yang terus berjalan tanpa henti meningkatkan biaya operasional dan menghambat produktivitas. Dengan harga energi yang terus melonjak, efisiensi energi kini menjadi kebutuhan mendesak bagi industri," kata Martin Setiawan, Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Schneider pada saat Media Masterclass bertema Efisiensi Energi di Jakarta pada Selasa (10/12).
Dia menuturkan bahwa untuk mengurangi pemborosan energi, langkah pertama yang penting adalah melakukan audit energi.
Audit ini membantu mengukur konsumsi dan menjadi dasar dalam menyusun strategi manajemen energi yang efektif. Peningkatan efisiensi operasional juga dapat dicapai dengan pemasangan penggerak kecepatan variabel atau peralatan listrik yang lebih hemat energi.
Baca juga: Schneider serahkan panel listrik dan alat uji elektrikal ke UNS
Baca juga: Survei: 98 persen pemimpin bisnis Indonesia fokus pada keberlanjutan
Otomatisasi juga memainkan peran vital dalam optimalisasi energi, kata dia. Dengan kontrol presisi berbasis data, otomatisasi memungkinkan pengaturan parameter seperti suhu, tekanan, dan kecepatan aliran tanpa mengorbankan produktivitas. Pemantauan berbasis perangkat lunak juga membantu mengidentifikasi area pemborosan, sehingga solusi dapat diterapkan secara proaktif.
Selain itu, digitalisasi melalui perangkat lunak berbasis cloud dan analitik canggih membuat data konsumsi energi lebih transparan. Dasbor prediktif, misalnya, memungkinkan operator mengelola perangkat pintar secara efisien sambil merancang strategi energi jangka panjang yang lebih terukur.
Gabungan otomatisasi dan digitalisasi tersebut bisa menjadi solusi kunci dalam menurunkan konsumsi energi industri secara signifikan, sekaligus menjaga keberlanjutan operasional, ujarnya.
Schneider memaparkan efisiensi energi Indonesia pada tahun 2023 baru mencapai 24 persen, kurang dari target yang telah disepakati dalam Nationally Determined Contribution (NDC) yang diajukan ke PBB.
Angka ini dihitung berdasarkan baseline emisi tahun 2017, dengan rata-rata pencapaian tahunan sekitar 4 persen. Untuk memenuhi target pengurangan emisi sebesar 36 persen pada 2030, Indonesia perlu meningkatkan efisiensi energi hingga 11 persen per tahun mulai 2024.
Baca juga: Indonesia dinilai berpotensi besar jadi negara adidaya energi hijau
Baca juga: Survei: 98 persen perusahaan Indonesia tetapkan target keberlanjutan
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024