Keunikan perayaan Idul Adha di Negeri Ibnu Khaldun

3 months ago 31

Jakarta (ANTARA) - Suasana perayaan Idul Adha di Tunisia sangat meriah, sebelum dan pada hari puncaknya, berbanding terbalik dengan perayaan hari raya Idul Fitri di sana.

Tepat pada Jum'at (6/6) beberapa warga negara Indonesia di Tunisia menunaikan sholat Idul Adha di Jami' Zaitunah dan Wisma KBRI Tunisia.

Akan tetapi, puncak tempat berkumpulnya warga negara Indonesia di Tunisia adalah Wisma KBRI Tunisia untuk menyantap kuliner khas nusantara dan memperkuat hubungan silaturahim antarwarga guna menghilangkan rasa rindu yang terpendam.

Perbedaan budaya Indonesia dan Tunisia dalam perayaan hari raya Idul Adha sangat terlihat.

Kebudayaan yang dimiliki Tunisia ini memiliki ciri khasnya tersendiri yang membuat warga Indonesia di Tunisia harus beradaptasi akan hal tersebut.

Fenomena yang berbanding terbalik dengan di Indonesia adalah ketika warga lokal lokal Tunisia sangat memeriahkan perayaan hari raya Idul Adha sebelum dan ketika hari puncaknya.

Perayaan hari raya Idul Adha yang terjadi di Indonesia tidak seperti itu. Muslim Indonesia lebih memeriahkan perayaan hari rayanya di Idul Fitri dengan melakukan rutinitas mudik atau kembali kepada keluarga besar.

Sebelum perayaan hari raya Idul Adha, negara Tunisia terkenal dengan perayaan yang sangat meriah. Mereka menyambut hari puncak Idul Adha dengan mengadakan konser-konser bernuansa Islami dan kaya akan budaya tradisional. Konser itu untuk menciptakan ketenangan dan kenyamanan kepada para hadirin yang mendengarkan.

Mereka juga mengadakan perlombaan tilawatul qu'ran yang diikuti oleh beberapa orang yang ada di Tunisia tanpa melihat latar belakang negaranya. Mahasiswa Indonesia di Tunisia rutin untuk ikut andil dalam perlombaan tersebut.

Tepat pada dua tahun lalu, seorang mahasiswa Indonesia di Tunisia menjadi juara perlombaan Tilawatul Qur'an ini dan mendapatkan apresiasi dari warga lokal dan warga asing yang ada di Tunisia.

Kebudayaan dan keunikan ini yang selalu terjaga di sana. Kegiatan ini marak diadakan di beberapa kota, salah satunya yaitu kota suci Kairouan dan diikuti oleh warga lokal Tunisia dengan antusias.

Sementara itu, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tunisia setiap tahunnya mengadakan open house untuk mengundang warga negara Indonesia yang ada di negeri ituuntuk menunaikan ibadah sholat Idul Fitri ataupun Idul Adha.

Adanya rutinitas ini memperlihatkan kepedulian KBRI Tunisia kepada seluruh warga negara Indonesia di sana dengan pelayanan baiknya.

Hal tersebut menjadi sorotan bagi kedutaan lainnya yang berada di Tunisia sebab kedutaan lainnya tidak mengadakan ibadah sholat Idul Fitri dan Idul Adha bagi warganya yang memeluk agama Islam.

Rutinitas dalam perayaan hari raya Idul Adha tahun ini di KBRI Tunisia sangat melekat dengan kegiatan yang tiap tahunnya dilaksanakan seperti pelaporan ketua pelaksana Idul Adha, pemberian sambutan Duta Besar Repubplik Indonesia di Tunisia, Sholat Idul Adha, dan Tausyiah.

kegiatan tersebut memperkuat nilai-nilai spiritualitas dalam rohani warga muslim negara Indonesia di Tunisia.

Dubes Zuhairi Misrawi menyampaikan pada sambutannya menyatakan, Idul Adha itu tidak hanya melihat simbolis sejarah yang terjadi antara Nabi Ibrahim dan Ismail.

Akan tetapi, dalam perayaan hari raya Idul Adha ini kita sebagai muslim bisa mengambil hikmah dari kejadian tersebut yaitu pengorbanan dan perjuangan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail.

"Seharusnya nilai tersebut yang diamalkan dan diingat ketika perayaan Idul Adha ini," kata dia.

Acara di pagi hari tersebut ditutup dengan makan bersama. Warga negara Indonesia yang hadir di KBRI menyantap makanan kuliner khas nusantara sambil bertukar cerita guna menghilangkan rasa rindu yang ada.

Seluruh warga negara Indonesia di Tunisia sangat terlihat antusias dalam perayaan hari besar ini.

Bagi warga Muslim Indonesia di Tunisia adanya perayaan hari raya Idul Adha ini untuk melakukan refleksi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Tepat pada malam hari ketika hari puncak, KBRI Tunisia mengundang warga Muslim Indonesia di Tunisia untuk kembali berkumpul dalam bertukar sapa dan menyantap sate.

Kegiatan ini menjadi rutinitas yang disediakan oleh KBRI Tunisia untuk warga Muslim Indonesia di Tunisia untuk memperkokoh tali silaturahim satu sama lain.

Tepat pada Idul Adha tahun ini, Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Tunisia mendapatkan beberapa hewan qurban dari pihak eksternal, yaitu INH Commnunity dan pihak Universitas Az-Zaitunah. Pada tahun ini, warga negara Indonesia di Tunisia berqurban dengan seekor sapi dan empat Kambing yang di akomodir oleh PPI Tunisia.

Seluruh daging hewan qurban akan disalurkan kepada seluruh warga negara Indonesia yang ada di negeri tempat lahirnya Ibnu Khaldun itu.

Peningkatan dalam penerimaan hewan qurban ini sangat disyukuri oleh seluruh warga negara Indonesia di Tunisia sebab kepeduliaan itu masih sangat terjaga di negara Tunisia.

Pemotongan dilakukan oleh beberapa mahasiswa Indonesia di Tunisia yang ahli dalam hal tersebut, dan beberapa mahasiswa yang belum berpengalaman diajak untuk belajar dan memahami pemotongan hewan qurban.

Terlihat dari sini, kepedulian warga lokal Tunisia kepada warga Muslim Indonesia terkhusus mahasiswa Indonesia di Tunisia.

Keunikan perayaan Idul Adha di Tunisia yang berbeda dengan di Indonesia adalah hewan-hewan qurban yang dimiliki oleh warga lokal Tunisia tidak disimpan di satu tempat umum seperti halaman Masjid seperti di Indonesia.

Akan tetapi, hewan-hewan qurban tersebut disimpan di rumah dan disembelihi oleh pihak keluarganya masing-masing.

Keunikan ini yang sangat terlihat berbeda dengan kebudayaan di Indonesia. Seperti yang kita ketahui, pemotongan hewan qurban di Indonesia tidak dilakukan secara individual akan tetapi di akomodir oleh panitia di masjid atau rukun warga.

Keunikan dan perbedaan budaya Indonesia dan Tunisia dalam perayaan hari raya Idul Adha ini menjadi pengetahuan dan pengalaman bagi seluruh warga muslim Indonesia di Tunisia.

Fenomena tersebut akan menjadi kenangan tersendiri untuk warga muslim Indonesia di Tunisia saat kembali ke tanah air.

Maka dari itu, bisa terlihat bahwa Islam dengan nilai-nilai nya bisa menyatu dengan kebudayaan yang dimiliki oleh negaranya masing-masing.

Hal tersebut yang menjadi ciri khas hubungan antara Islam dan kebudayaan yang ada di negara. Kemudian, ciri khas dan keunikan dari negara Tunisia masih banyak yang tersimpan dan belum terekspos.

*) Fairus Ramadhan, mahasiswa Indonesia di Tunisia

Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |