Menbud tegaskan eksistensi film Indonesia dalam perfilman global

3 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menegaskan eksistensi dan partisipasi yang signifikan dari industri film Indonesia dalam lanskap perfilman global.

"Indonesia kembali menegaskan eksistensinya dalam peta perfilman Asia dan dunia melalui partisipasi signifikan di Busan International Film Festival (BIFF) 2025," kata Fadli Zon dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Minggu.

Ia menjelaskan, Indonesia tidak hanya hadir sebagai peserta BIFF 2025, tetapi juga sebagai kekuatan kreatif yang berkontribusi besar dalam program-program utama festival, forum industri, dan kerja sama internasional.

Melalui dukungan berupa fasilitasi dan program, termasuk Manajemen Talenta Nasional (MTN) Seni Budaya, Kementerian Kebudayaan berkomitmen memberikan ruang dan kesempatan bagi talenta perfilman Indonesia untuk mendapatkan pengakuan internasional.

"Keikutsertaan Indonesia di BIFF 2025 adalah wujud nyata pengakuan dunia terhadap sinema kita. Kehadiran para sineas di panggung utama dunia menunjukkan bahwa karya-karya Indonesia mampu bersaing secara kualitas,” ujarnya.

Baca juga: Dorong lahirnya penulis skenario film baru, Kemenbud siapkan stimulus

Ilustrasi talenta sineas Indonesia yang turut berpartisipasi dalam Busan International Film Festival 2025 di Korea Selatan. (ANTARA/HO-Kemenbud)

Tahun ini, enam film Indonesia tampil di BIFF 2025 di antaranya Esok Tanpa Ibu (Mothernet) karya Ho Wi Dong, Pangku (On Your Lap) karya Reza Rahadian, Rangga & Cinta karya Riri Riza, Sekat-Sekat (Throughout These Cages) karya Aaron Pratama, The Fox King karya Woo Ming Jin (kolaborasi Indonesia–Malaysia), serta Badarawuhi di Desa Penari.

Empat di antaranya melangsungkan world premiere di Busan, menegaskan pengakuan internasional atas kualitas karya sineas Indonesia.

Kepercayaan global terhadap perfilman Indonesia juga tercermin dari peran sineas di berbagai forum.

Produser Yulia Evina Bhara terpilih sebagai juri kompetisi resmi BIFF 2025 sekaligus menjadi pembicara panel Cinematic Connections: Secrets of Successful AsiaEurope Co-Productions.

Baca juga: Kemenbud perkuat talenta sastra agar tetap relevan lintas generasi

Selain itu, sejumlah profesional Indonesia turut mengisi diskusi di Asian Contents & Film Market (ACFM), termasuk Mia Santosa (Visinema), Sigit Prabowo (Cinepoint), FX Iwan (Jagartha), Linda Gozali (JAFF Market), dan Gugi Gumilang (Hot Docs).

Dalam sesi khusus TRUE STORIES of INDONESIA: From Local Roots to Global, Matta Cinema Production (MCP) menampilkan proyek film berbasis IP lokal bersama Nugroho Dewanto, Wahyu Dhyatmika, dan Lyza Anggraheni, dipandu oleh Ismail Basbeth.

Sementara itu, regenerasi perfilman Indonesia ditandai dengan keikutsertaan tiga talenta muda yakni Vincent Avelio Sentosa, Nona Ica, dan Bela Nabila dalam program Platform Busan.

Di lini dokumenter, dua proyek Indonesia, Oma karya Armin Septiexan dan Sandan Love Garden karya Luthfi Muhammad, dipresentasikan dalam Documentary WIP Showcase.

Momentum ini juga diperkuat dengan penandatanganan kerja sama antara Cinepoint dan JAFF Market untuk memperluas jaringan distribusi film Asia Tenggara.

Keterlibatan menyeluruh Indonesia di BIFF 2025 menegaskan posisi strategis Indonesia sebagai pusat pertumbuhan industri film Asia yang dinamis, kolaboratif, dan visioner.

Baca juga: Kemenbud siapkan promosi tempe sebagai identitas gastronomi Indonesia

Baca juga: Menbud sebut mengenal budaya luar bisa bangun persaudaraan

Baca juga: Kemenbud fokus perbaiki tata kelola museum lewat DAK non-fisik 2026

Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |