Kerja sama NEV China-ASEAN mendorong pembangunan saling menguntungkan

1 hour ago 2

Nanning (ANTARA) - Pameran China-ASEAN (China-ASEAN Expo/CAEXPO) ke-22 dan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bisnis dan Investasi China-ASEAN (China-ASEAN Business and Investment Summit) resmi dibuka di Nanning, Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan, pada 17 September.

Di ruang pameran, mobil mini energi baru produksi SAIC-GM-Wuling menarik perhatian banyak pembeli dari Asia Tenggara.

"Sebelumnya, mobil Wuling sudah masuk Malaysia. Tahun ini, mereka juga menandatangani perjanjian dengan perusahaan dari negara kami untuk merakit model kerja sama di Malaysia. Kami menantikan realisasinya," kata seorang peserta pameran asal Malaysia.

Sementara itu, di basis produksi SAIC-GM-Wuling di Indonesia, sebuah kendaraan energi baru (new energy vehicle/NEV) meluncur dari lini produksi dan segera dikirim ke Thailand untuk dijual.

Dari "ekspor mobil utuh" hingga "membangun ekosistem", serta dari "ekspor produk" hingga "rantai industri bersama ke luar negeri", sejumlah perusahaan NEV China dalam beberapa tahun terakhir mempercepat langkah masuk ke ASEAN dengan produksi lokal untuk memenuhi permintaan pasar, mendorong pembangunan bersama yang saling menguntungkan.

NEV China populer di luar negeri

Menurut pengamat industri, khususnya di Asia Tenggara, generasi baru konsumen membuat keputusan pembelian berdasarkan kualitas yang bagus dan harga yang terjangkau. Produsen mobil China berhasil menangkap tren ini dengan menghadirkan mobil ekonomis berteknologi maju, sehingga membuka pasar Asia Tenggara.

"Ekspansi bisnis ke luar negeri merupakan pilihan strategis bersama semua produsen mobil di Liuzhou," ujar Kepala Bagian Industri Otomotif Biro Industri dan Teknologi Informasi Kota Liuzhou, Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, Liang Huanqiang.

Saat ini, Liuzhou menjadi basis produksi empat grup besar otomotif, seperti FAW, Dongfeng, SAIC, dan Sinotruk, yang semuanya telah membangun jaringan penjualan di luar negeri.

"Bagaimana produksi mobil dapat terkoneksi dengan dunia?" Pertanyaan itu sempat membingungkan banyak orang.
 

   Kerja sama NEV China-ASEAN mendorong pembangunan saling menguntungkan. (ANTARA/Xinhua)

Menurut pengamat industri, khususnya di Asia Tenggara, generasi baru konsumen membuat keputusan pembelian berdasarkan kualitas yang bagus dan harga yang terjangkau. Produsen mobil China berhasil menangkap tren ini dengan menghadirkan mobil ekonomis berteknologi maju sehingga membuka pasar Asia Tenggara.

Manajer Umum Divisi Internasional SAIC-GM-Wuling, Xiao Qiang, mengatakan bahwa perusahaan tahun ini berfokus mengembangkan pasar NEV ASEAN dengan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi mobil setir kanan global, bekerja sama dengan produksi lokal di Thailand dan Malaysia, serta memperluas pasar ke negara setir kanan lainnya.   

Belum lama ini, Guangxi Automobile Group mengirimkan gelombang baru mobil golf energi baru ke Mesir untuk digunakan di lapangan golf, bandara, dan hotel. Tahun ini, berbagai produk NEV Dongfeng Liuzhou diluncurkan di lebih dari 80 negara dan kawasan termasuk ASEAN, dengan target "membangun Dongfeng Liuzhou kedua di luar negeri".

"Dalam beberapa tahun terakhir, transformasi dan peningkatan NEV di dalam negeri semakin cepat. NEV kami tidak hanya melayani pasar domestik, tetapi, juga menargetkan pasar besar ASEAN dengan lebih dari 600 juta penduduk," kata pejabat dari Dinas Perindustrian dan Teknologi Informasi Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi.

Rantai global wujudkan kerja sama yang saling menguntungkan

"Produsen mobil domestik menghadapi berbagai tantangan saat (berekspansi) ke luar negeri, seperti hambatan perdagangan, perbedaan standar teknis, serta sulitnya operasi setempat. Kami menjadikan pembangunan pabrik lintas negara dan rantai industri global sebagai pintu masuk untuk keluar dari persaingan," kata Wakil Sekretaris Partai sekaligus Wakil GM SAIC-GM-Wuling Yao Zuoping.

Selama bertahun-tahun, perusahaan itu telah membawa 17 perusahaan rantai industri China ke luar negeri, menciptakan hampir 10.000 lapangan kerja di lokasi, serta mengembangkan lebih dari 50 pemasok lokal di Indonesia. Hal itu memungkinkan tercapainya produksi lokal secara menyeluruh, mulai dari bahan baku hingga perakitan mobil.

 Kerja sama NEV China-ASEAN mendorong pembangunan saling menguntungkan. (ANTARA/Xinhua)

"Untuk tumbuh di pasar luar negeri, perusahaan mobil China harus berani ikut serta dalam kompetisi global. Memilih pasar tujuan luar negeri yang tepat untuk 'produksi langsung' merupakan langkah wajib internasionalisasi," ujar Wakil Kepala Insinyur Asosiasi Industri Otomotif China Xu Haidong.

Direktur Pusat Kajian Kemitraan Indonesia-China Veronika Sintha Saraswati menilai kerja sama ekonomi dan perdagangan kedua negara tidak hanya terlihat dalam hal angka, tetapi, juga pada transfer pengetahuan dan teknologi, yang berkontribusi bagi peningkatan kapasitas industri dan manufaktur Indonesia.

Tahun lalu, Komunitas Integrasi Industri-Pendidikan NEV China-ASEAN resmi didirikan di Guangxi dengan 89 anggota, melibatkan sekolah, lembaga riset, dan perusahaan hulu-hilir untuk mendorong pengembangan bersama industri NEV China-ASEAN.

"China memimpin di bidang NEV. Bekerja sama dengan China dapat memberikan dukungan nyata bagi pengembangan industri mobil listrik setempat," ujar Ketua Dewan Sekolah Teknik Industri Ananda di Indonesia Ronny Hermawan.

Sambut gelombang AI, buka peluang baru industri otomotif

Kompetisi inovasi "kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) + otomotif" digelar di Nanning pada Minggu (7/9), diikuti 20 tim dari China dan negara ASEAN yang menampilkan proyek di bidang kokpit pintar, internet kendaraan, dan kendaraan otonom.

"Melalui jendela Guangxi ini, kami menyadari bahwa industri mobil pintar China ternyata berkembang pesat," kata Vu Thi Thu Ha dari Kamar Dagang dan Industri Vietnam.

Dia berharap kerja sama saling menguntungkan dapat diperkuat seiring Vietnam juga sedang mengembangkan industri NEV.

Guangxi telah lama mengeksplorasi "AI + manufaktur mobil". Di pabrik pintar SAIC-GM-Wuling, lini produksi berbeda dari pabrik konvensional, yakni kendaraan dipindahkan menggunakan sistem logistik otonom, sementara lebih dari 250 robot menangani perakitan, pengujian, dan pengangkutan mobil.

Dari atas, tampak "pulau-pulau produksi pintar" atau smart islands yang tertata rapi, menghasilkan kendaraan energi baru berbasis AI yang dipasarkan secara domestik maupun global.

"Mobil yang bergerak, 'pulau' yang tetap diam," ujar Wakil Sekretaris Partai sekaligus Wakil GM SAIC-GM-Wuling Han Dehong.

Dia menjelaskan bahwa dengan merekonstruksi proses produksi, pabrik ini meninggalkan sistem jalur konvensional dan beralih ke jalur fleksibel berbasis "pulau pintar", yang menghubungkan kebutuhan pengguna dengan produksi secara sepenuhnya digital.

Seiring industri otomotif memasuki era AI, dinamika persaingan terus berkembang, dan adopsi penuh terhadap teknologi AI kini menjadi tren utama dalam ekosistem industri. 

Pewarta:
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |