Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong percepatan penerapan energi baru terbarukan (EBT), ekonomi sirkular dan kolaborasi multisektor untuk mendukung target penurunan emisi gas rumah kaca dan ketangguhan ekonomi nasional.
Sekretaris Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri Kemenperin Muhammad Taufik mengatakan transformasi industri menuju rendah karbon tidak bisa dilakukan hanya sepihak, melainkan membutuhkan kolaborasi banyak pihak agar transisi berjalan inklusif.
“Tidak ada satu pun pihak yang bisa berjalan sendiri. Transformasi industri hijau, pertumbuhan hijau inklusif, ekonomi sirkular, dan dekarbonisasi memerlukan kolaborasi erat,” kata Taufik dalam "ESG Symposium 2025" di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, komitmen di atas kertas tidak akan berarti tanpa adanya transformasi nyata di sektor industri.
Ia menegaskan keberhasilan dekarbonisasi membutuhkan kolaborasi lintas pemangku kepentingan, termasuk akademisi, sektor usaha dan masyarakat.
Taufik menekankan bahwa penerapan industri hijau harus inklusif sehingga manfaatnya juga dirasakan UMKM, pekerja dan masyarakat.
Saat ini, ia menyebutkan bahwa sekitar 30-40 persen pelaku industri sudah mengikuti arah peta jalan dekarbonisasi yang disiapkan pemerintah. Namun, dirinya menilai diperlukan percepatan melalui efisiensi energi, pemanfaatan teknologi bersih, serta dukungan fiskal dan insentif yang masih dalam perumusan.
Pada kesempatan yang sama, Ahli Transisi Energi dan CEO Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan telah mengidentifikasi sembilan sektor industri penghasil emisi tinggi yang memerlukan percepatan transisi, seperti semen, besi-baja, pupuk, petrokimia, kertas, kaca, dan keramik, serta tekstil.
“Industri yang sudah lebih siap, seperti semen, perlu didorong supaya menjadi contoh bagi sektor lain,” kata Fabby.
Ia menambahkan pemerintah dapat membantu menciptakan pasar bagi produk rendah karbon dengan memperkuat standarisasi, termasuk dalam proyek konstruksi pemerintah.
Sementara itu, Presiden dan CEO Siam Cement Group (SCG) Thammasak Sethaudom menegaskan komitmen perusahaan untuk mendukung Indonesia mencapai target Net Zero Emission.
SCG merupakan grup industri berbasis material dan solusi hijau dari Thailand yang telah beroperasi di Indonesia sejak 1992.
“Perjalanan menuju Net Zero Emission 2060 membutuhkan kerja sama, inovasi, dan inklusi,” ujar dia.
Thammasak mencontohkan fasilitas pengelolaan sampah perkotaan di Sukabumi yang sudah mengubah limbah menjadi bahan bakar alternatif melalui kolaborasi pemerintah, industri, dan masyarakat.
Acara "ESG Symposium 2025" mengusung tema “Decarbonizing for Our Sustainable Tomorrow” yang dihadiri kementerian, pelaku industri, akademisi, lembaga, serta komunitas. Acara tersebut menjadi forum kolaborasi untuk mendorong transisi menuju ekonomi rendah karbon di Indonesia.
Pewarta: Aria Ananda
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































