Aden, Yaman (ANTARA) - Kelompok Houthi Yaman kembali menahan 20 pegawai Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di kompleks perumahan PBB di ibu kota Sanaa, demikian menurut seorang narasumber dari Kantor PBB di Yaman kepada Xinhua pada Senin.
Narasumber tersebut, yang enggan disebutkan identitasnya, mengatakan bahwa Houthi membebaskan 11 karyawan lokal pada Minggu (19/10) malam dari Fasilitas Akomodasi Bersama PBB di Jalan Hadda, yang telah diserbu oleh personel intelijen bersenjata Houthi pada Sabtu (18/10).
Sementara. 20 staf lainnya, yakni 15 warga negara asing dan lima warga Yaman, masih ditahan di dalam kompleks tersebut untuk hari ketiga.
Ia mengatakan sejumlah petugas intelijen Houthi tetap ditempatkan di dalam fasilitas tersebut, di mana mereka terus menginterogasi staf yang ditahan. Para karyawan telah diizinkan untuk melakukan kontak terbatas dengan keluarga mereka di bawah pengawasan ketat.
PBB belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai penahanan yang sedang berlangsung.
Pada Sabtu tersebut, seorang pejabat keamanan Yaman mengatakan kepada Xinhua bahwa pasukan Houthi menyerbu kompleks PBB, menyita telepon seluler karyawan, dan menginterogasi anggota staf.
Pejabat itu mengatakan operasi tersebut tampaknya menjadi bagian dari kampanye Houthi yang lebih luas yang menargetkan PBB dan staf kemanusiaan di wilayah yang dikuasainya, di tengah meningkatnya ketegangan dengan organisasi bantuan internasional.
Ketegangan meningkat menyusul pidato pemimpin Houthi Abdulmalik al-Houthi pada Kamis (16/10), yang menuduh adanya "sel mata-mata berbahaya" dalam organisasi kemanusiaan yang beroperasi di Yaman.
Dalam pidato terbarunya yang disiarkan di televisi, pemimpin Houthi itu mengklaim bahwa kelompoknya memiliki "informasi konklusif" yang menghubungkan "sel Program Pangan Dunia" dengan kegiatan mata-mata yang diduga membantu Israel dalam menghabisi para pemimpin senior Houthi di Sanaa pada Agustus.
Hubungan antara otoritas Houthi dan organisasi bantuan internasional telah sangat memburuk dalam beberapa bulan terakhir, terutama menyusul serangan udara Israel pada Agustus lalu.
Menanggapi perkembangan terkini, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Jumat (17/10) menyatakan keprihatinan yang mendalam atas apa yang disebutnya tuduhan "berbahaya dan tidak dapat diterima" oleh Houthi terhadap personel PBB. I
a menuntut pembebasan segera semua staf PBB yang ditahan dan mendesak otoritas Houthi untuk memastikan keselamatan dan perlindungan semua pekerja kemanusiaan yang beroperasi di Yaman.
Puluhan staf PBB dan personel organisasi bantuan telah ditahan oleh Houthi sejak Juni 2024, meskipun PBB telah berulang kali menuntut pembebasan.
Pewarta: Xinhua
Editor: Benardy Ferdiansyah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































