Beijing (ANTARA) - Pada Minggu (18/5) pagi yang cerah, Zheng Shiying berkendara sejauh 130 kilometer menuju sebuah desa di pinggiran kota Beijing, bukan untuk mendaki gunung atau berendam di pemandian air panas, melainkan demi menikmati secangkir kopi.
Zheng membutuhkan waktu lebih dari tiga jam untuk mencapai kafe tersebut. Bertempat di sebuah bangunan batu yang sudah runtuh dan tampak tak tersentuh oleh waktu, kafe tersebut sudah penuh sesak oleh pengunjung akhir pekan ketika Zheng tiba di sana.
Mendapatkan tempat duduk kosong pun menjadi hal yang cukup sulit.
"Saya tidak bangun sepagi ini untuk bekerja," kata perempuan itu bergurau.
Kafe di perkotaan biasanya membuat seseorang tetap terjaga, sedangkan kafe di pedesaan membantu dia untuk bersantai. Zheng menjadi salah satu dari sekian banyak warga urban China yang "menepi" ke pedesaan untuk mencari ketenangan.
Jauh dari bar espresso yang mewah di kota, kafe-kafe di pedesaan menawarkan suasana berbeda yang menyegarkan.
Di sebuah desa di Dongguan, misalnya, sebuah kafe di tepi rel kereta menjadi tempat "pelarian" bagi masyarakat yang ingin terlepas sejenak dari hiruk-pikuk perkotaan. Menghadap langsung ke rel dan dinaungi pepohonan tua, kafe ini menyediakan kursi di barisan depan tempat untuk melihat kereta melintas dengan diiringi suara bergemuruh.
Ye Zhongwen, yang gemar mengejar kereta semasa kecilnya, membuka kafe Red Guan Coffee pada 2024 di sebuah bangunan berlantai dua yang sudah bertahun-tahun kosong.
Bagi Ye, sang pemilik kafe, lokasi terpencil bukanlah suatu kekurangan, melainkan justru keistimewaan. Dan Ye tidak sendirian, beberapa pelanggan kafe ini bahkan harus berkendara selama 40 menit dari Dongguan.
Ada juga yang menempuh perjalanan lebih dari dua jam dari Shenzhen, dan bahkan pengunjung dari Hong Kong pun pernah rela menempuh perjalanan jauh demi singgah di kafe ini.
"Pada awalnya, penduduk desa cenderung penasaran dan skeptis. Sekarang, banyak orang yang justru menjadi pelanggan tetap, dan mereka senang kafe ini menarik makin banyak orang yang juga membeli hasil pertanian mereka dan berbagai produk lainnya," tutur Ye.
Menjamurnya kafe pedesaan di China didorong oleh peningkatan tren pariwisata pedesaan. Menurut perkiraan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China, pariwisata pedesaan di negara itu membukukan 707 juta kunjungan pada kuartal pertama tahun ini, naik 8,9 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Lebih dari 40.000 kafe telah didirikan di berbagai wilayah pedesaan di China. Kafe-kafe ini bukan sekadar tempat minum kopi, melainkan juga menjadi pusat-pusat kreatif yang membantu merevitalisasi ruang-ruang pedesaan.
Di sebuah desa di Kota Quzhou, Provinsi Zhejiang, salah satu kafe semacam ini lahir dari sebuah kandang domba bobrok di tengah bukit pertambangan yang terbengkalai.
"Bangunan ini merupakan satu-satunya bangunan yang masih bisa digunakan pada 2023," kata Yu Jiafu, pendiri Sheep Shed Café.
"Tidak ada atap, hanya dinding yang rusak dan rumput liar setinggi pinggang. Kami memberinya nama ‘Young People Coffee’ dalam bahasa Inggris, sebuah permainan kata dari bahasa Mandarin ‘Yang Peng’ yang berarti kandang domba, dengan harapan bisa menarik lebih banyak anak muda ke pedesaan," kata Yu.
Yu adalah lulusan Akademi Seni China. Dia melihat keindahan dan potensi di alam liar.
Yu dan timnya pun membangun kembali atap kandang tersebut dengan jerami, mempertahankan struktur batu asli, dan menggunakan batu-batu gunung yang ada di sekitarnya untuk membangun bar.
"Tamu-tamu kami sekarang beragam, mulai dari penduduk kota yang melakukan perjalanan akhir pekan hingga para pemuda setempat yang sudah menganggap tempat ini seperti ruang tamu mereka sendiri," ujar Yu.
Pada hari-hari tersibuknya, kafe ini menyambut lebih dari 5.000 pengunjung dalam satu hari. Pada akhir pekan biasa, para tamu datang dari kota-kota terdekat, seperti Hangzhou dan Shanghai.
Bahkan, wisatawan asing dan pemengaruh dunia maya yang memiliki jutaan pengikut pun pernah singgah di kafe ini.
Sejak dibuka, area kafe telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan para pelanggannya. Saat ini, kafe tersebut telah dilengkapi dengan kolam renang, panggung pertunjukan terbuka, area berkemah, dan oven tradisional yang menggunakan bahan bakar kayu.
Pada April, Zhejiang menjadi tuan rumah acara "Village Café Masters" pertamanya. Dalam ajang tersebut, 33 pengusaha kopi memamerkan merek dan produk mereka.
Sebuah basis kopi pedesaan juga diresmikan, yang menghubungkan akademisi, industri, dan komunitas lokal untuk mendukung pengembangan kopi pedesaan.
Bersamaan dengan acara tersebut, pemerintah setempat memperkenalkan program-program dukungan, termasuk pelatihan digital, pencocokan (matchmaking) sumber daya, dan sarana e-commerce untuk membantu wirausahawan muda berkembang di daerah pedesaan.
Upaya itu merupakan bagian dari inisiatif yang lebih luas yang dilakukan Zhejiang untuk mendorong pembangunan yang dipimpin oleh kaum muda di daerah pedesaan. Per 2025, Zhejiang berencana membangun 1.000 pusat praktik pedesaan untuk menawarkan lebih banyak ruang bagi kaum muda untuk bereksplorasi, berinovasi, dan tetap tinggal di pedesaan.
Bagi Yu, misi tersebut sudah menjadi misi pribadinya.
"Saya di sini bukan hanya untuk menjalankan kafe. Saya ingin membantu desa ini berkembang, selangkah demi selangkah," kata Yu menambahkan.
Pewarta: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025