Jakarta (ANTARA) - Pakar perencanaan kota dari Monash University, Indonesia, Dr Alyas Widita berpendapat Jakarta sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim sehingga butuh perancangan kota yang lebih berorientasi pada publik dan keberlanjutan.
Dia dalam keterangan di Jakarta, Kamis, mengatakan, Jakarta dari waktu ke waktu terus mengalami banjir akibat sistem drainase yang belum optimal.
Selain itu, masih banyak pembangunan gedung tinggi yang tidak memenuhi sertifikasi bangunan hijau sehingga konsumsi energi terus meningkat.
Karena itu, kata dia, dalam merancang ulang tata kota Jakarta, perlu ada peningkatan sistem drainase, efisiensi energi pada bangunan serta penambahan taman-taman kota.
Baca juga: Earoph: Perpindahan ke IKN pengaruhi kemunduran pusat kota Jakarta
Widita menyampaikan tingginya kepadatan penduduk memaksa banyak pembangunan dilakukan secara vertikal. Selain itu, manuver ini tidak diimbangi dengan tata lingkungan.
"Masa depan kota Jakarta tidak hanya bergantung pada apa yang kita bangun, tetapi juga bagaimana kita mempertimbangkan seluruh aspek, seperti ruang, iklim dan manusia," kata dia.
Karena itu, menurut dia, dengan tantangan pembangunan yang kompleks, tata kelola Jakarta butuh penanganan yang komprehensif dari para perancang kota masa depan.
Widita mencontohkan "Transit Oriented Development" (TOD) atau pengembangan kawasan perkotaan yang berfokus pada integrasi antara transportasi publik dan penggunaan lahan berdampak pada peningkatan pengguna angkutan umum.
Baca juga: Adaptasi drainase kota kuno untuk atasi banjir Bekasi
Dia mengatakan, penambahan 1.000 lapangan kerja di zona TOD mampu meningkatkan sekitar 300 pengguna angkutan umum pada hari kerja.
Temuan ini menegaskan pentingnya perencanaan TOD yang terintegrasi sebagai strategi untuk menciptakan kota yang lebih berkelanjutan.
Selain itu, melalui penelitian lainnya, Widita dan tim menemukan Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta mengurangi kemacetan hingga 34 persen.
Widita mengatakan berbagai temuan tersebut menunjukkan kebutuhan akan perancang tata kota yang terampil akan terus meningkat, terutama karena populasi perkotaan dunia akan meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2050.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.