Jakarta (ANTARA) - Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) menilai kebijakan pemerintah menghapus kuota impor sapi hidup tidak akan mengganggu peternak lokal, justru akan memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional, khususnya di pedesaan.
Direktur Eksekutif Gapuspindo Djoni Liano menjelaskan meskipun kuota impor dihapus, impor tidak serta merta dibebaskan tanpa kendali. Pemerintah telah melakukan perhitungan menyeluruh mengenai kapasitas produksi sapi dalam negeri dan defisit yang harus dipenuhi melalui impor.
“Jadi berdasarkan prognosa yang dihitung oleh pemerintah itu kemampuan produksi dalam negeri itu berapa. Itu 100 persen harus diserap. Jadi enggak akan mengganggu peternak sapi lokal,” kata Djoni kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Djoni mengatakan impor sapi hidup ini masih diperlukan mengingat konsumsi daging masyarakat Indonesia terus meningkat rata-rata mencapai 8 persen dalam empat tahun terakhir. Kenaikan ini belum sepenuhnya dapat diimbangi oleh produksi dalam negeri.
Baca juga: Gapuspindo: Rencana impor 400 ribu sapi penting cegah defisit daging
Menurut Djoni, impor dilakukan sembari pemerintah terus menyusun program peningkatan produksi dalam negeri. Prioritas impor diberikan kepada sapi hidup karena dianggap memiliki nilai tambah yang lebih besar karena dapat menyerap tenaga kerja dan menguntungkan perekonomian di pedesaan.
Ia juga meyakini kebijakan ini tidak akan mempengaruhi harga jual sapi lokal di tingkat peternak karena pemerintah selalu mengutamakan penyerapan produksi dalam negeri terlebih dahulu.
Lebih lanjut, Djoni mengungkapkan bahwa pemerintah telah mempunyai program jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan impor. Berdasarkan roadmap yang ada, kebutuhan impor sapi ditargetkan akan turun signifikan, dari 55 persen saat ini menjadi sekitar 24 persen pada 2030.
Indonesia masih bergulat dengan tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan pangan hewani. Untuk tahun 2024, misalnya, Kementerian Pertanian mencatat kebutuhan susu segar nasional mencapai 4,7 juta ton. Namun, produksi dalam negeri baru bisa menyuplai 1 juta ton (21 persen), sehingga harus dipenuhi lewat impor hingga 3,7 juta ton (79 persen).
Baca juga: Penghapusan kuota impor sapi hidup tak rugikan peternak
Guna mengatasi defisit ini, Indonesia berencana mengimpor 1 juta ekor sapi perah secara bertahap dari 2025 hingga 2029.
Serupa dengan susu, kebutuhan daging sapi nasional pada 2024 mencapai 0,77 juta ton. Produksi domestik hanya mampu memenuhi 0,37 juta ton (48%), sehingga sisanya 0,4 juta ton (52%) harus dipenuhi lewat impor. Untuk itu, pemerintah menargetkan impor 1 juta ekor sapi pedaging bertahap dari 2025 hingga 2029.
Meski demikian, proyeksi menunjukkan tren positif pada produksi daging sapi nasional. Diperkirakan produksi tahun 2025 mencapai 380 ribu ton dan akan terus meningkat hingga 511 ribu ton pada tahun 2035.
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.