Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Arys Hilman mengemukakan buku tidak boleh sekadar menjadi benda mati dan harus bergerak ke masyarakat untuk menginspirasi.
"Buku saat ini sudah banyak, bahkan sudah sampai ke satuan-satuan pendidikan ada buku gratis dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas), namun, dari peserta didik banyak yang prihatin, mereka protes karena buku-buku itu dibungkus rapi di kantong plastik, di ruang kepala sekolah, jadi siswa didik juga takut membukanya," katanya dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-75 IKAPI di Jakarta, Rabu.
Ia menyebutkan, sebagian besar perpustakaan di sekolah masih terkungkung dalam pemikiran bahwa buku adalah aset yang harus dijaga agar tidak rusak, sehingga pada akhirnya bahkan tak dibuka.
"Buku-buku di perpustakaan itu dijaga agar tidak rusak, karena buku itu ketika diperiksa, banyak yang harus dipertanggungjawabkan, sangat sayang ketika sudah sampai di sekolah, karena digunakan pun tidak. Untuk itu, dari sisi pemerintah bisa memberikan penguatan kemampuan kepada para pelaku perbukuan agar dapat berperan sesuai profesinya masing-masing," ujar dia.
Baca juga: Indra Defandra, hobi baca buku antar keliling dunia
Menurutnya, selain menghidupkan buku, para pelaku perbukuan juga perlu mendapatkan dukungan dengan membuat regulasi yang jelas terhadap industri buku.
"Di satu sisi, industri perbukuan ditakuti karena dapat membuat masyarakat pintar, karena masyarakat yang pintar, tidak bisa dibodohi. Ungkapan buku adalah jendela dunia itu membuat masyarakat dapat berpikir kritis, buku tidak akan bermakna jika masyarakat di sekitarnya tidak membaca (aliterat), dia bisa membaca tetapi tidak membaca, kalau istilah kami, pikiran tertutup," paparnya.
Menurutnya, para pelaku perbukuan perlu saling menghormati hak dan kewajibannya untuk menciptakan ekosistem perbukuan yang sehat, termasuk berperang bersama melawan pembajakan.
Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) E Aminudin Aziz menegaskan pentingnya perbaikan ekosistem literasi pada tiga pelaku penting, yakni penulis, penerbit, dan perpustakaan.
Menurutnya, ketiga pelaku tersebut yang menentukan apakah buku sampai dengan tepat kepada pembacanya.
Baca juga: Perluas akses baca, Perpusnas: Daerah perlu aktif usulkan bantuan buku
Baca juga: Ini alasan mengapa orang sukses punya kebiasaan baca buku
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025