Jakarta (ANTARA) - Utusan Khusus Presiden RI untuk Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo mengajak dunia usaha dan industri untuk melakukan penurunan bertahap (phase down) dari ketergantungan energi fosil menuju energi baru terbarukan (EBT) yang lebih bersih.
“Tidak ada phase out (berhenti total), tidak ada nanti penghapusan (energi fosil), melainkan kita phase down. Ini penting sekali karena pemerintah ditekan untuk commit kita phase out fossil fuels. Kita phase out batu bara, minyak dan lain-lain, gas alam dan lain-lain,” kata Hashim di sela acara Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kadin Indonesia di Jakarta, Selasa.
Menurut Hashim, hal ini senada dengan dukungan Indonesia terhadap inisiatif Brasil melalui Tropical Forests Financing Facility (TFFF) dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim (COP30 UNFCCC) di Belem, Brasil, awal bulan lalu.
Indonesia tidak hanya bergabung dalam inisiatif TFFF, tetapi juga siap berinvestasi sebesar 1 miliar dolar AS dengan kontribusi yang setara seperti Brasil.
“Ini adalah komitmen Presiden Prabowo (Subianto) untuk ikut partisipasi (dengan) dana (invesasi) sebesar 1 miliar dolar AS. Ini adalah untuk juga matching commitment dari pemerintah Brasil beberapa waktu yang lalu,” ujar Hashim.
Selain itu, upaya ini juga senada dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034, yang menjadi landasan percepatan transisi energi dan kemandirian pasokan listrik nasional.
RUPTL 2025-2034 sendiri menetapkan penambahan kapasitas pembangkit sebesar 69,5 gigawatt, dengan 76 persen di antaranya berbasis EBT.
“Yang penting, komitmen pemerintah kita dalam 15 tahun ke depan bahwa 76 persen dari daya listrik yang akan dibangun di Indonesia itu berasal dari energi baru dan baru terbarukan. Itu komitmen Indonesia,” kata Hashim.
Untuk mencukupi kebutuhan listrik itu, adik dari Presiden Prabowo tersebut menekankan pentingnya penggunaan tenaga nuklir, salah satunya melalui eksplorasi komoditas uranium.
“Jadi ini adalah kesempatan bagi yang bergerak dunia usaha, anggota Kadin yang bergerak di bidang pertambangan, kalau ada kesempatan untuk mendapat atau bisa menumbuhkan tambang-tambang uranium, monggo, silahkan coba dicari, karena Indonesia perlu uranium, dan mungkin kita bisa juga ekspor uranium ke negara-negara lain, karena kita lihat di masa depan sudah mustahil, mustahil tenaga listrik tanpa tenaga nuklir,” jelas Hashim.
Baca juga: Hashim nilai kesejahteraan petani di titik tertinggi dalam sejarah RI
Baca juga: Hashim: Paviliun Indonesia simbol kepemimpinan RI pada diplomasi COP30
Baca juga: Menteri LH: Di COP30, Indonesia tawarkan karbon mutu tinggi gaet pembeli
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































