Jakarta (ANTARA) - Hari Kunjung Perpustakaan yang diperingati setiap 14 September menjadi momen untuk lebih menghargai peran pustakawan yang kini tidak hanya bertugas sebagai pengelola koleksi, tetapi juga aktor penggerak budaya membaca untuk meningkatkan kecakapan literasi bangsa.
Pelaksana Tugas Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas Ofy Sofiana mengatakan, peran strategis pustakawan dalam ekosistem literasi nasional tidak lagi terbatas pada ruang perpustakaan, tetapi telah menjadi arsitek perubahan bagi masyarakat yang literat, inklusif, dan adaptif untuk berinovasi.
"Kecakapan pustakawan telah menjadi tumpuan utama dalam menopang dan memastikan kualitas layanan perpustakaan. Pustakawan tidak hanya menjadi pengelola koleksi, tetapi juga fasilitator literasi, kurator pengetahuan, aktor perubahan sosial, dan pelaku utama dalam inovasi layanan berbasis kebutuhan masyarakat," katanya di Jakarta, Senin.
Ofy menambahkan, peran strategis pustakawan juga diharapkan mampu menjawab tantangan baru di era revolusi industri 4.0 dan society 5.0, serta adaptif terhadap teknologi akal imitasi (AI).
"Pustakawan harus mampu menjadi pembelajar abadi, agen perubahan, dan penggerak utama dalam membangun ekosistem literasi nasional. Saya percaya, dengan semangat kolaborasi, inovasi, dan komitmen, kita dapat membawa dunia perpustakaan Indonesia menuju tataran yang lebih tinggi," ujarnya.
Baca juga: Rano Karno akui cinta literasi sejak usia sembilan tahun
Ia menegaskan, momen Hari Kunjung Perpustakaan tak boleh sekadar menjadi perayaan seremonial, tetapi momen reflektif bagi penguatan budaya literasi, pengembangan profesi kepustakawanan, dan peningkatan layanan perpustakaan di seluruh Indonesia.
Sementara itu, Ketua Forum Perpustakaan Digital Indonesia (FPDI) Joko Santoso memaparkan pentingnya pengembangan kompetensi pustakawan untuk layanan perpustakaan berkualitas di era AI.
Joko menekankan bahwa pustakawan memiliki keunggulan yang tak akan tergantikan bahkan oleh mesin pencari seperti Google sekalipun, yang kini menguasai 91,5 persen pasar pencarian informasi global.
"Pustakawan bukan sekadar penjaga informasi, melainkan pencipta pengetahuan yang relevan dan etis," tuturnya.
Data Perpusnas tahun 2025 menunjukkan bahwa 53,31 persen pustakawan Indonesia berasal dari generasi milenial, dengan 83,64 persen telah tersertifikasi secara profesional. Menurutnya, mayoritas dari mereka bekerja di lingkungan pendidikan tinggi.
"Dengan profil demografis yang didominasi generasi digital dan tingkat sertifikasi yang tinggi, pustakawan Indonesia memiliki modal kuat untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi," paparnya.
Oleh karena itu, pustakawan mesti mampu memberikan layanan dan akses pengetahuan yang memadai, termasuk menciptakan pengetahuan-pengetahuan baru sebagai bagian dari upaya memperkuat peradaban bangsa.
Pustakawan Berprestasi Terbaik 2024 Edi Wiyono mengemukakan, peran pustakawan tidak sekadar sebagai penjaga koleksi, tetapi aktor utama dalam penciptaan dan penyebaran pengetahuan yang valid, relevan, dan bertanggung jawab.
"Dulu pustakawan hanya menjaga koleksi dan memastikan sumber-sumber belajar tetap terjaga. Namun, peran itu harus kita dorong lebih jauh. Pustakawan juga harus menjadi pencipta pengetahuan dari berbagai koleksi yang ada," kata Edi.
Sedangkan Wakil Presiden ASEAN Public Library Information Network Chaerul Umam menyampaikan pustakawan perlu menguasai keterampilan baru seperti penulisan, penelitian, dan komunikasi profesional.
"Kebijakan perpustakaan sekarang harus berbasis data dan analisis, bukan sekadar kebiasaan lama," kata Chaerul.
Ia menambahkan, keterlibatan pustakawan Indonesia di forum internasional juga perlu ditingkatkan untuk mendapatkan pengakuan global.
"Kita harus adaptif, inovatif, dan mampu berkontribusi, baik di dalam negeri maupun di kancah dunia," tuturnya.
Baca juga: Perpusnas bantu kelengkapan perpustakaan Sekolah Rakyat
Baca juga: Kepala Perpusnas sebut pentingnya transformasi perpustakaan di era AI
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.