Tentang dana Rp200 triliun dan saatnya fokus pada UMKM

1 hour ago 2
Menyalurkan dana kepada rakyat banyak berarti menyalurkan harapan, memberdayakan potensi, dan memperkuat fondasi bangsa.

Jakarta (ANTARA) - Lembaga keuangan dalam perekonomian dapat diibaratkan sebagai penyuntik darah yang mengalirkan energi kehidupan ke seluruh tubuh. Bertugas memastikan setiap sel mendapat nutrisi agar tetap sehat, tumbuh, dan berdaya.

Begitu pula likuiditas dalam bentuk kredit, pembiayaan, dan modal, yang menjadi aliran utama bagi kegiatan usaha di Indonesia. Tanpa aliran ini, ekonomi bisa melemah, bahkan terhenti.

Analogi inilah yang tampaknya menjadi inspirasi Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa ketika memutuskan untuk memanfaatkan dana Sisa Lebih Anggaran (SAL) yang selama ini mengendap di Bank Indonesia, dengan menempatkan Rp200 triliun ke bank-bank BUMN.

Harapannya sederhana tapi strategis: likuiditas bank bertambah, kredit ke sektor riil mengalir lebih deras, investasi meningkat, lapangan kerja tercipta, dan pertumbuhan ekonomi semakin cepat.

Secara konsep, kebijakan ini menunjukkan optimisme pemerintah untuk menjadikan SAL sebagai instrumen pemulihan ekonomi. Namun, agar benar-benar berdampak luas, pelaksanaannya perlu dirancang lebih inklusif.

Tantangan terbesar terletak pada kenyataan bahwa sektor riil di tanah air yang masih menghadapi permintaan yang terbatas.

Industri manufaktur, misalnya, belum sepenuhnya pulih, sehingga ekspansi usaha baru masih berjalan lambat.

Dalam kondisi ini, bank cenderung berhati-hati. Alih-alih menyalurkan kredit ke sektor riil, mereka lebih memilih menempatkan dana di instrumen keuangan yang lebih aman atau ke proyek-proyek besar milik korporasi mapan.

Risiko inilah yang bisa membuat manfaat penempatan SAL menjadi kurang optimal jika hanya berputar dalam lingkaran bisnis besar.

Padahal, potensi terbesar justru ada pada 64,5 juta pelaku usaha mikro dan kecil yang mewakili 99,6 persen pelaku usaha di Indonesia.

Jika mereka mendapatkan akses pembiayaan yang memadai, dampaknya tidak hanya meningkatkan skala usaha, tetapi juga membuka lapangan kerja baru dan memperkuat daya beli masyarakat.

Dengan demikian, kebijakan yang terlihat top-down ini bisa diimbangi dengan strategi yang menyentuh langsung ekonomi rakyat di akar rumput.

Baca juga: Penempatan dana Rp200 triliun di bank BUMN dari perspektif regulasi

Baca juga: Prabowo setuju rencana Menkeu tarik dana mengendap Rp200 triliun di BI

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |