Jakarta (ANTARA) - Hafizah asal Palestina Lama Rami Abdel Mahsei Abuishah menyebut penyelenggaraan MTQ Internasional di Jakarta menjadi bukti solidaritas global dalam mendukung generasi muda Muslim di seluruh dunia.
"Ini (MTQ) salah satu pengalaman terbaik dalam hidup saya. Saya bangga membawa identitas bangsa kami di sini," ujar Lama Rami di Jakarta, Sabtu.
Lama Rami menyampaikan rasa terima kasih atas sambutan hangat masyarakat Indonesia dalam keikutsertaannya dalam Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) Indonesia Internasional ke-4 di cabang lomba tahfiz.
Delegasi asal Yerusalem ini mengungkapkan pengalaman berharga serta tantangan dalam perjalanan spiritualnya menghafal Al Quran.
Sejak tiba di Jakarta, Lama merasa takjub dengan keramahan panitia dan masyarakat Indonesia. Ia juga menyampaikan apresiasi kepada pemerintah Indonesia serta seluruh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan acara ini.
"Segala kebutuhan kami diatur dengan sangat baik, mulai dari akomodasi hingga jadwal kegiatan. Dukungan ini sangat berarti bagi kami," kata dia.
Baca juga: Qari Kanada ceritakan belajar tilawah di negeri minoritas muslim
Lama Rami menuturkan bahwa dukungan keluarga serta komunitas Muslim di Palestina menjadi kunci keberhasilannya dalam menghafal Al Quran.
Dalam situasi yang penuh ketidakpastian, solidaritas ini memastikan generasi muda Palestina tetap terhubung dengan nilai-nilai spiritual.
"Tanpa mereka, saya tak mungkin berdiri di sini," kata dia.
Ia mulai menghafal Al Quran sejak kecil di Zeid bin Tabak Center, lembaga pendidikan yang berlokasi di pelataran Masjid Al-Aqsa, Yerusalem.
Pusat pendidikan ini memiliki program khusus yang membantu menjaga hafalan santri, termasuk ujian berkala yang mengantarkannya hingga ke kompetisi bergengsi ini.
"Keluarga dan guru-guru saya adalah pilar utama yang memotivasi saya, selain tentunya keikhlasan karena Allah," kata dia.
Baca juga: MTQ IV, manifestasi kecintaan pada kemanusiaan dan lingkungan
Selain menghadapi tantangan dalam menghafal, Lama dan para hafiz di Palestina juga harus berjuang menghadapi kondisi perang yang tidak menentu. Ia menegaskan bahwa Al Quran menjadi penopang moral di tengah konflik berkepanjangan.
"Terkadang pendudukan membuat kami tidak dapat memasuki Masjid Al-Aqsa. Meski demikian, Al Quran tetap menjadi sumber harapan dan kekuatan bagi kami," kata dia.
Bagi Lama Rami, kompetisi ini adalah momen bersejarah dalam hidupnya. Ia merasa terharu bisa mewakili Palestina di ajang yang mempertemukan peserta dari berbagai negara.
Baca juga: Menag: Peserta MTQ Internasional berasal dari lima kawasan dunia
Baca juga: Menag: MTQ bukan hanya lomba seni baca tapi manifestasi cinta Al Quran
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2025