Serang (ANTARA) - Gipang yang merupakan makanan tradisional khas Kota Cilegon, Provinsi Banten, tembus pasar internasional dengan memanfaatkan kekuatan media sosial dan rekanan pekerja migran Indonesia.
Ihwanul Muslimin, pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kelurahan Bulakan, Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon, Minggu, mengatakan, makanan tradisional yang memiliki cita rasa manis ini, biasanya dibuat menggunakan beras ketan. Namun Ia berinovasi dan menggantinya menggunakan singkong yang didapat dari petani lokal.
"Karena harga bahan dasar yang semakin mahal, akhirnya saya berinovasi, menggantinya menggunakan singkong dari para petani lokal disini," katanya.
Meskipun terbuat dari singkong yang dibalut dengan taburan selai kacang, hal ini tidak menyurutkan peminat justru malah lebih digemari oleh konsumen yang berasal dari berbagai daerah hingga mancanegara.
Baca juga: 10 makanan khas Kalimantan yang wajib Anda coba!
Untuk memenuhi permintaan gipang, setiap harinya Ihwan harus mengolah singkong hingga ratusan kilogram. Tak jarang, ia juga kewalahan karena tingginya permintaan.
Bahkan untuk proses pembuatan gipang masih dilakukan dengan cara tradisional yang mengandalkan cuaca panas untuk menjemur singkong. Lempengan tipis singkong yang sudah dikukus dan digiling ini untuk dijadikan bahan dasar pembuatan gipang.
"Banyak konsumen yang penasaran akan rasa gipang singkong, dan sejauh ini para konsumen sangat menerima hasil inovasi ini,” ujarnya.
Ia mengaku, sudah sejak 2016 produk gipang buatannya di jual ke luar negeri, terutama Malaysia dan Jepang. Peluang itu didapatkan dengan memanfaatkan kekuatan media sosial, serta rekanan pekerja migran Indonesia yang bekerja di luar negeri.
Baca juga: Apa saja makanan khas Jakarta? Berikut daftarnya
“Untuk penjualan tidak hanya untuk di lokal, kita juga melakukan penjual di luar negeri. Penjualan pertama itu Malaysia kemudian Jepang,” katanya.
Gipang ini dijual dengan harga Rp20 ribu per bungkusnya dengan berat 200 gram. Berkat kegigihannya, Ihwan mampu meraup keuntungan bersih sebesar Rp10 juta perbulan.
Pewarta: Desi Purnama Sari
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025