Jakarta (ANTARA) - Fenomena astronomi berupa gerhana matahari sebagian atau parsial berlangsung pada 21-22 September 2025. Meski demikian, menurut keterangan resmi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), peristiwa tersebut tidak bisa disaksikan dari wilayah Indonesia.
Gerhana matahari sendiri terjadi ketika Bumi, bulan, dan matahari berada pada posisi sejajar pada bidang yang sama, dan bulan berada di antara Bumi dan Matahari. Adapun gerhana matahari parsial terjadi ketika bulan hanya menutupi sebagian piringan matahari sehingga menciptakan sinar matahari berbentuk sabit dan bayangan sebagian di atas Bumi.
Sementara itu, gerhana matahari total terjadi ketika bulan sepenuhnya menutupi matahari sehingga seakan mengubah siang menjadi malam selama beberapa menit. Ada pula, gerhana matahari annular karena bulan tidak menutupi pusat matahari secara penuh dan menyisakan lingkaran cahaya seperti cincin api, sedangkan gerhana matahari hibrida adalah kombinasi langka dari fase gerhana matahari total dan annular.
Jalur gerhana matahari parsial pada September 2025 tidak melintasi kawasan Asia Tenggara sehingga masyarakat Indonesia tidak dapat menyaksikannya. Sejumlah wilayah yang berkesempatan menyaksikannya ialah Selandia Baru, Antartika, sebagian kecil Australia, dan beberapa negara di Kepulauan Pasifik.
Baca juga: Gerhana matahari parsial 21 September, bisa disaksikan di Indonesia?
Gerhana matahari parsial pada September 2025 berlangsung selama 4 jam, 41 menit. Mengutip Space, gerhana sebagian maksimum 80 persen akan terlihat dari Samudra Selatan di tengah-tengah antara Selandia Baru dan sebagian besar wilayah Antartika yang terpencil.
Gerhana matahari sebagian ini terjadi satu hari sebelum ekuinoks pada 22–23 September, yakni peristiwa saat matahari melintas tepat di atas khatulistiwa sehingga siang dan malam hampir sama panjang.
Gerhana matahari sebagian terakhir kali terjadi pada 29 Maret 2025. Fenomena gerhana matahari sebagian pun sering terjadi beberapa kali dalam setahun dan lebih umum daripada gerhana matahari total.
Dampak gerhana matahari parsial sebagaimana dampak gerhana matahari lainnya disinyalir kerap membawa pengaruh pada perubahan perilaku hewan sebab sinar matahari digunakan sebagai sinyal lingkungan bagi hewan dan tumbuhan untuk mengatur jam biologis mereka.
Beberapa hewan dapat menunjukkan reaksi berupa perubahan aktivitas dan perilaku nokturnal seperti kembali ke sarang dan kandang mereka atau mengeluarkan vokal seperti di malam hari. Misalnya, sapi perah kembali ke kandang, jangkrik mulai berkicau, kelelawar keluar, burung-burung mulai bertengger atau menjadi lebih aktif, dan paus-paus muncul di laut.
Baca juga: Cek fakta, gerhana matahari akan terjadi pada 2 Agustus 2025
Adapun bagi manusia, dampak matahari dapat disebabkan bila menyaksikannya secara langsung karena dapat mengakibatkan luka bakar pada retina dan selaput lendir mata. Untuk itu, disarankan mengamati gerhana matahari dengan filter matahari, seperti kacamata gerhana bersertifikat dan alat pengamat matahari genggam, hingga menyaksikan momen tersebut melalui siaran langsung (live streaming).
Sementara pada aspek psikologis, fenomena gerhana matahari dapat membangkitkan emosi takjub dan kontemplatif. Sebagian orang meyakini fenomena gerhana matahari dapat memberikan dampak psikologis berupa, seperti mengganggu pola tidur, efek stres hingga kelelahan. Sebagian lainnya pun meyakini relasi kuat antara fenomena gerhana matahari dengan astrologi, religi, dan spiritual.
Gerhana matahari parsial pada September 2025 menjadi fenomena gerhana matahari yang terakhir terjadi pada 2025 karena fenomena gerhana matahari berikutnya baru akan terjadi pada tahun depan, yaitu gerhana matahari annular yang hanya akan terlihat dari wilayah Antartika dan berlangsung selama 2 menit 20 detik pada 17 Februari 2026.
Selain itu pada 2026, akan terjadi pula gerhana matahari total pada 12 Agustus yang akan terlihat di wilayah Greenland, Islandia, Spanyol, Rusia, dan sebagian kecil Portugal, sementara gerhana matahari sebagian akan terlihat di wilayah Eropa, Afrika, Amerika Utara, Samudra Atlantik, Samudra Arktik, dan Samudra Pasifik.
Baca juga: BRIN: Gerhana matahari cincin tidak dapat diamati di Indonesia
Baca juga: BMKG luruskan isu bumi akan gelap enam menit karena gerhana matahari
Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.