Jakarta (ANTARA) - Sebuah penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa perubahan gaya hidup seperti olahraga, pola makan sehat atau diet, dan keterlibatan interaksi sosial dapat membantu memperlambat atau mencegah terjadinya penurunan kemampuan fungsi otak (demensia).
Mengutip situs Kementerian Kesehatan, setiap tiga detik, ada satu orang di dunia mengalami demensia. Demensia juga merupakan penyebab kematian ketujuh tertinggi di dunia dan salah satu penyebab utama kecacatan serta ketergantungan lansia.
Diperkirakan terdapat 1,2 juta orang dengan demensia (ODD) di Indonesia pada 2016. Angka ini diproyeksikan meningkat menjadi 2 juta orang pada 2030 dan 4 juta orang pada 2050.
Faktor risiko gaya hidup seperti kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang buruk, obesitas, konsumsi alkohol, dan kondisi seperti hipertensi, diabetes, depresi, serta isolasi sosial atau intelektual diyakini berkontribusi terhadap terjadinya penurunan fungsi kognitif manusia.
Mengutip Science Daily, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Florida Atlantic menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup terapeutik terbukti efektif dapat membantu mengurangi penurunan kognitif yang kerap dialami para lansia. Misalnya, berbagai aktivitas fisik yang disebut mampu meningkatkan kesehatan otak melalui berbagai mekanisme.
Baca juga: Hari Alzheimer dan teknologi taklukkan lupa
Peningkatan aktivitas fisik tersebut telah dikaitkan dengan peningkatan faktor neurotropik yang diturunkan dari otak atau brain-derived neurotrophic factor (BDNF). Adapun BDNF mendukung pertumbuhan dan pemetaan ulang neuron, khususnya di bagian hipokampus yang rusak akibat demensia.
Dalam salah satu uji coba yang dilakukan, pasien yang menjalani aktivitas fisik berupa latihan aerobik menunjukkan peningkatan volume hipokampus dan peningkatan memori spasial. Begitu pula, peningkatan aktivitas fisik harian lainnya yang disebut dapat membuat aliran darah ke otak bisa menjadi lebih lancar, sekaligus membantu menurunkan zat-zat yang memicu peradangan.
Selain itu, pola makan seperti diet Mediterania maupun diet hipertensi/darah tinggi (DASH Diet) dapat membantu mengurangi kerusakan sel akibat stres oksidatif, membuat tubuh lebih peka terhadap insulin, serta menurunkan risiko gangguan pada pembuluh darah.
Berhenti merokok penting pula untuk menjaga kesehatan jaringan otak dan menurunkan risiko gangguan fungsi pikir akibat masalah pembuluh darah kecil. Penelitian menunjukkan, kemampuan kognitif perokok cenderung jauh lebih rendah dibandingkan orang yang tidak merokok.
Sementara itu, berinteraksi sosial dengan orang lain dan melatih otak melalui berbagai aktivitas disebut juga dapat membantu otak tetap lentur serta membuat daya tahan mental lebih kuat.
Para ahli mengatakan pendekatan efektif dan berbiaya rendah sebagaimana diungkapkan di atas dapat mengubah cara perawatan dalam menangani demensia, serta meringankan beban keluarga maupun sistem kesehatan.
Baca juga: Lima kebiasaan yang sebaiknya dihindari untuk cegah alzheimer
Baca juga: Memahami Alzheimer: Penyakit otak yang kerap mengancam lansia
Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.