Depok (ANTARA) - Tim Ekspedisi Patriot dari Universitas Indonesia (UI) melakukan survei lapangan terkait infrastruktur dasar di Kawasan Transmigrasi (KT) Muting, dimulai dari Distrik Muting, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan.
Selain Distrik Muting, Tim Ekspedisi Patriot juga akan melakukan survei ke Distrik Ulilin, Distik Elikobel, maupun Distik Sota yang termasuk ke dalam KT Muting secara bertahap ke depannya.
”Survei lapangan ini merupakan tindak lanjut dari diskusi kelompok terpumpun atau focus group discussion yang telah dilakukan di Kantor Kampung Sigabel Jaya, bersama dengan aparat dan kepala kampung di Distrik Muting, sehingga dapat menjadi bukti nyata dan bahan dalam menyusun kebijakan prioritas pemenuhan infrastruktur dasar,” kata Anggota Tim Ekspedisi Patriot UI Satwiko Budiono dalam keterangannya di Depok Senin.
Tim Ekspedisi Patriot UI mendatangi dan mendokumentasikan berbagai tempat yang menjadi masalah dan membutuhkan perhatian lebih lanjut oleh Kementerian Transmigrasi (Kementrans).
Hal ini karena Tim Ekspedisi Patriot ini memang sengaja didatangkan oleh Kementrans untuk dapat mewujudkan transformasi kawasan transmigrasi menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru yang berdaya saing dan berkelanjutan.
Salah satu aspek fundamental dari transformasi transmigrasi ini adalah pemenuhan infrastruktur dasar dan konektivitas ekonomi yang mampu menunjang mobilitas penduduk, distribusi hasil produksi, serta daya tarik investasi.
Baca juga: Menteri Transmigrasi melepas ratusan peserta Tim Ekspedisi Patriot UI
Beberapa hal yang menjadi fokus survei lapangan ini antara lain infrastruktur jalan maupun jembatan, pemenuhan air bersih, hingga jaringan telekomunikasi.
Pada aspek infrastruktur jalan, hampir sebagian besar jalan merupakan jalan tanah dan belum beraspal. Kondisi tersebut membuat jalan menjadi licin hingga tidak dapat dilalui pada saat musim hujan, sedangkan pada musim kemarau kondisi jalan sangat berdebu sehingga mengganggu kesehatan masyarakat sekitar.
”Ada beberapa jembatan yang rusak juga perlu ditinjau, seperti jembatan di Kampung Elnggol Jaya, sehingga masyarakat harus memutar untuk dapat melewatinya. Beberapa jembatan juga rusak dan membahayakan masyarakat yang melaluinya jika tidak segera diperbaiki,” ujar Kepala Kampung Elnggol Jaya, Umi Tuti.
Selain itu pemenuhan air bersih juga masih menjadi masalah tersendiri. Tidak semua kampung di Distrik Muting mempunyai air tanah yang berlimpah. Sebagian besar kampung di Distrik Muting masih mengalami kekeringan saat musim kemarau sehingga masyarakat harus mengambil air bersih di sungai.
Kondisi demikian membuat perlu adanya pembuatan penampungan air bersih dan pipa penyaluran supaya kebutuhan air bersih mencukupi sepanjang tahun untuk semua rumah.
Baca juga: UI dan Kementerian Transmigrasi gelar Ekspedisi Patriot di Wondama
Selain sungai, ada juga beberapa titik sumber air yang mengalir terus walaupun musim kemarau sehingga membutuhkan pipa penyaluran yang memadai.
Tidak hanya itu,beberapa kepala kampung juga mengeluhkan masalah jaringan telekomunikasi yang tidak pernah stabil. Tentunya, hal tersebut menyulitkan akses komunikasi masyarakat, khususnya dalam menyalurkan distribusi produk lokal.
Menurut Kepala Kampung Seed Agung, Pak Nengah, mengatakan pernah mendatangi Kantor Telkom di Merauke dan bertanya tentang sinyal di Distrik Muting. "Katanya, bandwith-nya kurang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Lantas, kenapa tidak ditambah?” ujarnya.
Meskipun demikian sinyal telekomunikasi di Distrik Muting tetap tidak kunjung membaik.
Hal ini membuat masyarakat berharap Tim Ekspedisi Patriot dapat menyampaikan kepada Kementrans perihal beberapa kebutuhan infrastruktur dasar di Distrik Muting supaya ditingkatkan.
Baca juga: Wamentrans: Ekspedisi Patriot energi baru pembangunan transmigrasi
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.