Film animasi "Jumbo" bangkitkan nostalgia masa kecil gen milenial

5 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - "Jumbo" hadir sebagai oase di tengah gersangnya perfilman animasi Indonesia. Bukan sekadar film animasi yang dibuat untuk ditonton anak-anak, film ini juga layak ditonton oleh orang dewasa karena ceritanya membangkitkan nostalgia, terutama untuk kaum milenial.

Bak sebuah kapsul waktu yang membawa penonton kelahiran 1981 sampai 1996 kembali ke masa kecilnya, mengingat lagi hangatnya pertemanan di masa itu. Film "Jumbo" menangkap semua esensi kehidupan anak-anak di masa itu dengan apik, menghadirkan nostalgia yang mendalam bagi siapa saja yang pernah merasakan indahnya masa kecil di kala gawai canggih belum terlalu mengeksodus pertumbuhan generasi bangsa.

Sejak awal film dimulai, penonton disuguhi pemandangan khas Indonesia. Rumah-rumah sederhana beratap genteng, dan interaksi penduduknya yang digambarkan secara detail lewat percakapan mereka. Suasana masa kecil generasi milenial semakin mengental dengan adanya permainan kasti, bermain bersama di lapangan terbuka, dengan intrik-intrik kecil yang ditunjukkan ketika ada pemain yang kalah.

Tokoh-tokoh dalam film "Jumbo" terasa sangat dekat dengan penonton Indonesia. Ada Don, anak gemuk yang dirundung karena lelet ketika bermain; Nurman, penggembala kambing yang ramah dan setia kawan; Maesaroh, gadis periang dan mudah bergaul; serta Atta, anak yang populer karena kepiawaiannya bermain. Interaksi mereka merepresentasikan kehidupan sosial masa itu, di mana perundungan menjadi masalah yang muncul sejak usia dini.

"Jumbo" juga memasukkan unsur-unsur lokal dalam ceritanya lewat penggambaran soal alasan makam dibongkar yang dikaitkan dengan pembangunan jalan. Isu sosial-ekonomi yang kerap berhembus di masa itu.

Pesan moral yang relevan

Selain menghadirkan nostalgia kampung halaman, "Jumbo" juga menyampaikan pesan moral yang relevan dengan kehidupan saat ini. Film ini mengajarkan tentang pentingnya persahabatan, keberanian, dan empati. Pesan-pesan ini disampaikan secara halus melalui petualangan Don, sehingga mudah diterima oleh penonton dari segala usia.

Film ini mengisahkan petualangan Don, seorang anak yang berjuang tegar setelah menghadapi kehilangan orang tuanya. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan Meri, roh anak perempuan yang mencari orang yang membongkar makam orang tuanya. Interaksi mereka membentuk jalinan persahabatan yang kuat, mengajarkan Don tentang pentingnya untuk mendengarkan dan memahami ketimbang menyalahkan keadaan.

Karakter-karakter dalam "Jumbo" dirancang dengan cermat, masing-masing memiliki keunikan dan kedalaman emosional. Don, dengan keberanian dan keteguhannya, menjadi representasi sempurna dari semangat anak-anak. Meri, dengan kekuatan spiritual dan kerentanannya, mengundang simpati penonton. Nurman, Maesaroh, dan Atta, dengan segala kelebihan dan kekurangan mereka, menciptakan dinamika kelompok yang kaya dan kompleks.

Pesan moral dalam "Jumbo" disampaikan dengan halus, tidak menggurui. Film ini mengajak penonton untuk merenungkan tentang pentingnya persahabatan, keberanian, dan empati. Melalui petualangan Don, kita belajar bahwa setiap orang memiliki cerita dan perjuangan masing-masing, dan bahwa mendengarkan adalah kunci untuk memahami dan terhubung dengan mereka.

Alur cerita "Jumbo" mengalir dengan mulus, menjaga tempo yang pas dari awal hingga akhir. Lima babak dalam film ini terjalin dengan rapi, menghadirkan konflik yang kompleks namun mudah dipahami. Dialog-dialog yang cerdas dan natural menambah kedalaman pada setiap karakter, membuat mereka terasa hidup dan nyata.

Secara visual, "Jumbo" adalah sebuah pesta untuk mata. Animasi yang detail dan halus, warna-warna yang cerah dan hidup, serta gerakan yang dinamis menciptakan dunia yang memukau. Penggunaan teknik animasi yang canggih menunjukkan bahwa industri animasi Indonesia telah mencapai standar internasional.

Musik dalam "Jumbo" juga memainkan peran penting dalam membangun suasana dan memperkuat emosi penonton. Lagu tema "Kumpul Bocah" dari Maliq & D'Essentials, serta lagu-lagu yang dinyanyikan oleh para karakter, menciptakan momen-momen yang hangat dan menyentuh hati.

Menonton "Jumbo" adalah sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Film ini akan membawa Anda dalam perjalanan emosional yang mendalam, membuat Anda tertawa, menangis, dan merenung. Film ini akan mengingatkan Anda tentang kekuatan persahabatan, keberanian, dan empati. Film ini adalah film yang wajib ditonton oleh semua orang.

Secara visual, "Jumbo" adalah sebuah mahakarya. Animasi yang detail dan halus, warna-warna yang cerah dan hidup, serta gerakan yang dinamis menciptakan dunia yang memukau. Penggunaan teknik pembuatan animasi 3D menunjukkan bahwa industri animasi Indonesia telah berkembang hingga mencapai standar yang membanggakan.

Kekurangannya sedikit

Film "Jumbo" mengindikasikan bahwa animasi Indonesia akan terus berkembang secara signifikan, sehingga pada penayangan perdana masih terdapat sejumlah kekurangan kecil yang tampak. Misalnya, tempo cerita (pacing) yang dibuat lambat oleh munculnya transisi antar-bab yang menggunakan subjudul. Ini agak mengganggu kenyamanan menonton, karena jeda hitam (black screen) atau animasi transisi-nya bisa tiga detik sendiri.

Sinkronisasi suara dan gerakan mulut karakter juga belum optimal, padahal hal tersebut dapat meningkatkan daya tarik film animasi, khususnya mengingat ada beragam dialek dan bahasa yang digunakan di film "Jumbo". Integrasi elemen fantasi dengan cerita yang cenderung realistis masih perlu ditingkatkan, terutama penjelasan asal-usul kekuatan roh Meri dan orang tuanya yang kurang mendetail (dan kenapa ada roh/hantu yang berbahasa Jerman?). Selain itu, penempatan iklan produk kecap dan jus buah berpotensi mengganggu, terutama ketika itu ternyata disadari penonton.

Film "Jumbo" produksi Visinema Studios akan ditayangkan di bioskop-bioskop Indonesia mulai 31 Maret 2025. Film itu dikerjakan selama sekitar lima tahun dengan melibatkan lebih dari 400 kreator animasi lokal. Film itu menjadi penyutradaraan film animasi layar lebar pertama Ryan Adriandhy yang dulunya akrab dikenal sebagai komika tunggal.

Pengisi suara film ini antara lain merupakan penyanyi di Indonesia seperti Prince Poetiray sebagai pengisi suara Don, Bunga Citra Lestari sebagai pengisi suara ibu Don, dan Quinn Salman sebagai pengisi suara Meri. Suara mereka juga turut mewarnai film ini lewat lagu yang mereka nyanyikan dengan arahan musik dari Laleilmanino. Tentu itu semakin menarik buat penonton yang menyukai elemen musikalitas dalam film, dan hasilnya juga ternyata enak dilihat dan didengarkan.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |