Fenomena "job hugging", tren baru di pasar tenaga kerja saat ini

2 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - Fenomena memeluk pekerjaan (job hugging) menjadi tren baru di pasar tenaga kerja yang kompetitif saat ini, di mana para pekerja bertahan dalam pekerjaan mereka lebih lama karena khawatir kehilangan pekerjaan.

Fenomena "job hugging" seakan bertolak belakang dengan tren pasar tenaga kerja sebelumnya yaitu berpindah-pindah pekerjaan, di mana pekerja sering berpindah posisi yang menawarkan peluang, fleksibilitas, dan gaji yang lebih baik.

Menurut firma konsultan Korn Ferry sebagaimana dilansir CNBC, ketakutan akan hal yang tidak diketahui menjadi pemicu munculnya fenomena "job hugging". Para pekerja lebih memilih berpegang teguh pada stabilitas daripada risiko, meskipun harus mengorbankan diri secara pribadi maupun profesional, di tengah situasi ketidakpastian ekonomi saat ini.

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (Fisipol UGM) sekaligus pengamat ketenagakerjaan, Tadjuddin Noer Effendi menilai pasar tenaga kerja yang sulit menjadi salah satu faktor utama yang membuat orang bertahan dalam pekerjaannya ketimbang mencari pekerjaan baru yang memiliki risiko tinggi, sebagaimana dilansir situs resmi UGM.

Ia menambahkan bahwa keamanan dan stabilitas keuangan merupakan alasan paling dominan di balik fenomena "job hugging", bahkan ketika kondisi kerja tidak memenuhi harapan.

Baca juga: Bursa kerja di Jakpus sediakan 4.074 lowongan pekerjaan

Sebagai jalan tengah, ia menyarankan mengambil pekerjaan tambahan sambil tetap mempertahankan pekerjaan utama. Menurut dia, pilihan itu dinilai kurang berisiko ketimbang meninggalkan pekerjaan tetap untuk mengejar peluang baru yang tidak pasti.

Fenomena "job hugging" dapat mengakibatkan pola perekrutan tenaga kerja melambat sehingga menciptakan pasar tenaga kerja yang beku dengan mobilitas terbatas. Fenomena "job hugging" juga berpotensi merugikan perusahaan karena melemahkan produktivitas, inovasi, serta pengembangan tenaga kerja di masa depan.

Adapun bagi pekerja, memeluk erat pekerjaan dapat menyebabkan stagnansi, padahal suatu pembaruan bisa membawa peluang yang lebih baik di tempat kerja lain.

Oleh karena itu sebagaimana dilansir Times of India, "job hugging" bukan tentang loyalitas, melainkan lebih tentang rasa takut sehingga tak ada yang diuntungkan dari munculnya fenomena ini jika dilihat dalam jangka panjang.

"Job hugging" membawa kerugian bagi kedua belah pihak, baik pekerja maupun perusahaan atau pemberi kerja. Pihak pekerja mungkin merasa tidak puas dengan pekerjaan dan gaji, sementara perusahaan dapat merasakan kualitas tenaga kerja yang buruk dan di bawah standar.

Baca juga: BNI ingatkan masyarakat untuk waspadai lowongan kerja palsu

Baca juga: Menaker Ingatkan Perusahaan Patuhi WLLP Sesuai Perpres 57/2023

Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |