Pontianak (ANTARA) - Suasana pagi di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali terasa syahdu. Suara ombak berpadu lembut dengan hembusan angin laut dan dari kejauhan hamparan tambak garam berwarna keperakan memantulkan cahaya matahari pagi.
Di sanalah para petani garam Desa Les menjemput rejeki dari laut, sebuah tradisi yang diwariskan secara turun-temurun dan kini menjelma menjadi sumber kebanggaan dan kesejahteraan warga pesisir. Di desa itu tersimpan kisah panjang tentang kerja keras dan kesabaran para petani garam.
Pada pagi di pertengahan September itu, sebanyak 17 jurnalis dari berbagai media di Kalbar berkunjung ke Desa Les dalam rangkaian kegiatan Capacity Building Media Massa bersama Bank Indonesia Kalimantan Barat. Kehadiran jurnalis itu disambut hangat warga dan pengelola BUMDes Giri Segara yang bangga memperkenalkan desanya, desa wisata terbaik dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024.
Desa Les bukan sekedar desa nelayan. Saat ini ia telah menjelma menjadi simbol harmoni antara alam, budaya, dan ekonomi rakyat tempat pariwisata berkelanjutan tumbuh seiring dengan pelestarian tradisi.
Bagi Sri Anggraini, seorang petani garam di desa Les, setiap kristal garam yang terbentuk di ladang kecilnya adalah hasil dari doa dan ketekunan. Sejak matahari muncul dari ufuk timur, dia bersama wanita lain yang menjadi petani garam telah bersedia menyiapkan lahan dan air laut untuk dijemur di bawah terik matahari Tejakula.
"Untuk menghasilkan garam yang bagus, kami sangat tergantung pada cuaca. Kalau hujan, garam yang sudah mulai mengkristal bisa melelah dan gagal panen," kata Sri sambil menata alat penggaruk kayu di lahan garamnya.
Dalam kondisi cuaca cerah, butiran garam mulai mengkristal dalam waktu sekitar tiga hari. Dari satu siklus panen, Sri bisa menghasilkan 60 kilogram.
"Kalau panasnya bagus, tiga hari sudah bisa panen. Tapi kalau mendung atau hujan, ya bisa gagal semuanya," tutur Sri sambil tersenyum pasrah namun tetap memancarkan semangat untuk berusaha.
Sri Anggraini dan Astika mebersihkan garam sebelum dipanen pada ladang garam mereka di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. (ANTARA/Rendra Oxtora)Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































