CIFP 2025: Tatanan dunia baru ditandai kebangkitan kekuatan menengah

1 week ago 4

Jakarta (ANTARA) - Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) telah menyelenggarakan Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) 2025 di Kasablanka Hall, Jakarta, Sabtu (29/11), yang mengangkat tema “Preparing for the Next World Order: Indonesia, the Global South, and the West”.

Konferensi edisi ke-9 itu menghadirkan lebih dari 6.200 peserta, 100 mitra, serta 70 jurnalis.

“Supremasi Barat telah berakhir, bukan karena mereka melemah tetapi karena negara lain tumbuh. Momen unipolar Amerika juga berakhir karena distribusi kekuatan yang berubah. Tatanan dunia berikutnya akan ditandai oleh bangkitnya middle power. Kami percaya negara-negara kekuatan menengah akan memainkan peran menentukan,” kata Pendiri FPCI Dino Patti Djalal dalam keterangannya pada Selasa.

Ia membuka konferensi dengan menyoroti perubahan besar dalam tatanan global dan menyebut tiga faktor utama yang menandai pergeseran tersebut.

Dino juga menegaskan bahwa Indonesia tidak dapat bersikap pasif. Menurutnya, Indonesia memiliki sejarah panjang sebagai penggerak diplomasi dan kerap mengajukan inisiatif dalam masa perubahan internasional.

“Tradisi politik luar negeri kita selalu tentang bagaimana memperbaiki kawasan dan dunia. Para diplomat harus kompetitif secara intelektual dan berani mengambil risiko demi dunia yang lebih baik,” ujarnya.

CIFP 2025 menjadi wadah diskusi isu global bagi akademisi, diplomat, pembuat kebijakan, aktivis, hingga pelaku bisnis. Museum Rekor Indonesia mencatatnya sebagai konferensi hubungan internasional tahunan terbesar di dunia.

Forum ini menjadi rujukan bagi narasi publik terkait isu internasional yang berdampak pada kepentingan Indonesia serta ruang untuk menguji gagasan kebijakan luar negeri.

Sesi diskusi tahun ini menyoroti berbagai isu strategis. Beberapa di antaranya dinamika Gaza, respons ASEAN terhadap transisi Indo-Pasifik, peran middle power dalam kompetisi global, dan perkembangan diplomasi energi bersih.

Konferensi juga membahas posisi Indonesia dalam negosiasi perdagangan internasional, arah kebijakan luar negeri pemerintahan Presiden Prabowo, serta peran Indonesia dalam diplomasi multilateral.

Sejumlah tokoh juga hadir dari berbagai bidang, antara lain Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas Oegroseno, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, Menko Infrastruktur dan Pengembangan Daerah Agus Harimurti Yudhoyono, serta akademisi dan praktisi seperti Amitav Acharya, Dewi Fortuna Anwar, dan Philips Vermonte.

Baca juga: Dino: dominasi Barat berakhir, babak baru tatanan global dimulai

Baca juga: Dino Patti Djalal: Dunia masuki "Next World Order", RI harus berperan

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |