China kembangkan metode penyuntingan gen kurangi tinggi tanaman jagung

2 weeks ago 9

Beijing (ANTARA) - Tim ilmuwan China berhasil mengembangkan sebuah teknik penyuntingan gen untuk mengurangi tinggi tanaman jagung sehingga memungkinkan terciptanya varietas yang pendek, berdensitas tinggi, dan tidak mudah rebah atau tumbang, demikian menurut sebuah studi yang dipublikasikan dalam Plant Biotechnology Journal.

Jagung, tanaman sereal yang paling banyak diproduksi di dunia sangat penting bagi ketahanan pangan global. Meski peningkatan densitas penanaman merupakan strategi utama untuk menggenjot hasil panen, kemajuan dalam mengembangkan tanaman yang lebih pendek dan lebih kokoh sebelum ini mengalami hambatan akibat kurangnya sumber daya genetik.

Penelitian tersebut dilakukan oleh Institut Penelitian Bioteknologi, yang berada di bawah naungan Akademi Ilmu Pertanian China (Chinese Academy of Agricultural Sciences/CAAS) melalui kerja sama dengan Universitas Pertanian Anhui dan Universitas Pertanian China Selatan. Penelitian tersebut berfokus pada modifikasi gen Br2 melalui penyuntingan gen tertarget.

Para peneliti merancang sebuah vektor knockout untuk gen Br2 dan mengidentifikasi tujuh galur transgenik dengan mutasi yang berbeda pada varietas jagung hasil perkawinan sekerabat (varietas inbrida/inbred variety).

Eksperimen hibridisasi menunjukkan bahwa seluruh 28 keturunan hibrida yang berasal dari persilangan dengan galur inbrida elit menghasilkan keturunan kerdil.

Untuk mempercepat pemuliaan, tim mengembangkan sistem penyuntingan genom yang dimediasi oleh penginduksi haploid sehingga memungkinkan konversi tanaman haploid tersunting menjadi galur haploid ganda yang stabil dalam dua generasi. Tiga galur inbrida elit yang diberi perlakuan dengan sistem ini menunjukkan penurunan tinggi tanaman yang signifikan.

"Metode ini memungkinkan modifikasi tinggi tanaman secara cepat dan tepat di berbagai latar belakang genetik. Metode ini memberikan dukungan teknis yang sangat penting bagi pemuliaan varietas jagung yang dioptimalkan untuk penanaman yang rapat dan tidak mudah rebah," tutur Wang Baobao, penulis koresponden dalam studi itu sekaligus peneliti di CAAS.

Pewarta: Xinhua
Editor: Benardy Ferdiansyah
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |