CCCWS pertemukan peneliti Asia Selatan-Asia Tenggara

13 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - China Center for Contemporary World Studies (CCCWS), yang merupakan organ dari International Department of the Communist Party of China (IDCPC), telah mempertemukan peneliti Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Pertemuan itu terjadi dalam Dialogue of Think-Tank Scholars of South and Southeast Asia for Global South Cooperation yang telah dilaksanakan pada 18–25 April 2025, di China.

"Kegiatan ini mempertemukan para sarjana dan peneliti dari negara-negara Asia Selatan dan Asia Tenggara untuk memperkuat jejaring kerja sama strategis kawasan Selatan-Selatan (Global South) menuju modernisasi yang inklusif dan kontekstual,” kata perwakilan Indonesia dari BRIN, Dana Listiana, di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Media China pertontonkan penggunaan Ai dan produk digital

Selama kegiatan, para peserta mengikuti kunjungan lapangan di Chongqing, termasuk ke wilayah otonomi etnis Miao dan Tujia di Pengshui, yang kini menjadi contoh keberhasilan revitalisasi desa berbasis integrasi pertanian, ekowisata, ekonomi digital, dan pelestarian budaya.

Lokasi seperti Runxi Village (industri jamur), Zhangfeng Company (usaha perlebahan), dan Dongliu Village (desa e-commerce) memperlihatkan pendekatan Tiongkok dalam membangun model pembangunan berbasis kearifan lokal dan inovasiteknologi.

Forum juga mencakup seminar bertajuk “Achievements of Chongqing in Practicing Xi Jinping Thought on Socialism with Chinese Characteristics for a New Era” dan “Global Insights in Advancing Modernization of the Global South.”

Delegasi menyatakan bahwa kerja sama yang didorong Tiongkok lewat inisiatif seperti Belt and Road Initiative (BRI) membuka jalan baru untuk pembangunan yang tidak hanya berorientasi infrastruktur, tetapi juga memperkuat konektivitas manusia dan pertukaran intelektual.

Perwakilan Indonesia dari BRIN, Dana Listiana, menyampaikan pentingnya menghidupkan kembali semangat Jalur Rempah (Spice Route Spirit) sebagai paradigma alternatif dalam memajukan kerja sama China–Global South.

Baca juga: Mobil listrik dan robot diperkenalkan pada promosi di Chongqing

Baca juga: Wakil menteri CPC/China tegaskan undangan jurnalis bukan propaganda

Menurutnya, Jalur Rempah bukan sekadar narasi sejarah, tetapi refleksi identitas kawasan maritim yang telah sejak lama membangun konektivitas berbasis pertukaran budaya, pengetahuan, dan nilai-nilai saling menghormati.

Ia menekankan bahwa revitalisasi narasi maritim ini dapat menjadi instrumen diplomasi budaya dan pembangunan kolektif yang lebih manusiawi dan berkeadilan. Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa “model pembangunan di Global South tidak boleh hanya meniru Global North, tetapi harus berdasarkan sejarah kolektif dan ketahanan masing-masing kawasan.”

Sebagai peneliti dari Pusat Riset Kewilayahan BRIN, Dana mengusulkan kerja sama riset strategis dengan institusi mitra Tiongkok, termasuk China Center for Contemporary World Studies. Kolaborasi ini diharapkan dapat memperkaya studi kawasan, terutama melalui Kelompok Riset Chinese Studies, Studi Asia Tenggara, Mekong, dan (boleh jadi) Asia Selatan.

Forum ini menjadi tonggak penting dalam mendorong solidaritas negara-negara Selatan-Selatan melalui narasi sejarah bersama, pertukaran intelektual, dan pembangunan regional yang berakar pada nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan budaya.

Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Rangga Pandu Asmara Jingga
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |